Mencecap Kelezatan Ikan Prasejarah

By , Sabtu, 9 April 2016 | 12:00 WIB

Semenanjung Wellington yang terletak antara Selat Cook dan Pelabuhan Wellington tak hanya menyuguhkan kecantikan laut berpadu dengan perbukitan. Menyusuri ibu kota Selandia Baru itu, kita juga dimanjakan oleh kekhasan kuliner.

Wellington bahkan memiliki lebih banyak bar dan restoran ketimbang New York.

Pertama kali menjejakkan kaki di kota paling berangin di dunia yang dinobatkan sebagai kota wisata nomor 4 terbaik di dunia versi Best in Travel 2011 itu, pandangan mata segera jatuh hati pada perairan lautnya yang bersih.

Kapal beragam jenis berlabuh di pantai. Keindahan laut itu yang mendorong penduduk Wellington tinggal di rumah-rumah kayu di pucuk-pucuk bukit demi memperoleh pemandangan terindah.

Sebagai pendatang, kepuasan mereguk indahnya pantai-pantai disempurnakan oleh suguhan aneka hasil laut yang bisa dicecap di berbagai restoran di tepian laut.

Restoran Boat Cafe menjadi pilihan paling mudah karena terletak di jantung kota, tepatnya di sebuah kapal yang berlabuh di Oriental Bay. Jika ingin sedikit lebih jauh mendaki perbukitan, restoran Fishermans Table bisa jadi pilihan menarik.Restoran-restoran di Wellington beberapa kali memperoleh penghargaan tertinggi Cuisine Restaurant of the Year. Sensasi menyantap makanan semakin lengkap karena sebagian besar bahan masakan yang dihidangkan merupakan produk lokal.

Menu The Platter di Restoran Fishermans Table, Wellington, Selandia Baru. (Mawar Kusuma Wulan/Kompas.com)
Boat Cafe dengan pemandangan indah Pelabuhan Wellington dan Oriental Parade, misalnya, terkenal dengan hidangan lautnya, seperti boat famous kiwi style fish dan chips serta seafood creation.Menu fish and chips merupakan olahan ikan segar yang ditangkap hari itu dengan perpaduan salad, potongan chips,dan saus tartare.Olahan ikan segar pula yang disuguhkan untuk menu seafood creation. Jenis ikan tidak dicantumkan dalam menu karena ketersediaannya tergantung dari jenis ikan yang ditangkap oleh nelayan pada hari itu.

Cara memasak ikannya pun juga selalu berbeda seturut inspirasi yang bisa tiba-tiba datang menghampiri kokinya.Bersama rombongan promosi wisata langsung yang digelar Kementerian Pariwisata Indonesia di Selandia Baru, 26-27 Maret lalu, kami disuguhi olahan ikan gurnard di Restoran Boat Cafe.Gurnard yang tergolong ikan prasejarah ini berperawakan ramping, berdaging putih lembut, tinggal di dasar laut, dan menggunakan sirip mereka untuk menemukan makanannya, seperti kepiting, udang, dan ikan.Kapal bersejarahKarena telah diolah berupa potongan daging, kita tak lagi berjumpa dengan sosok ikan gurnard yang tergolong ugly fish atau ikan buruk rupa ini.

Setiap suapan ikan gurnard terasa empuk dan renyah karena berpadu dengan potongan chips dan kentang goreng. Kita bisa memilih olahan ikan dengan digoreng tepung atau dipanggang.Tak hanya masakannya yang istimewa, sensasi bersantap di kapal juga menjadi keunggulan dari Boat Cafe.Kapal yang digunakan sebagai restoran Boat Cafe ini awalnya bernama Aucklander yang diluncurkan di Skotlandia pada November 1957. Aucklander termasuk kapal uap terakhir di Inggris.Sempat menjelajah ke seluruh dunia, kapal ini kemudian pensiun dan dimanfaatkan sebagai restoran apung di Wellington sejak 1992.Nama kapal tersebut kemudian diubah menjadi Tapuhi II untuk mengenang kapal Tapuhi Tua yang menyelamatkan 140 nyawa selama bencana Wahine pada 1968.Pelanggan Boat Cafe sangat beragam mulai dari perenang yang kelaparan, keluarga, hingga wisatawan.

Selain Boat Cafe, hidangan istimewa dari lautan Selandia Baru bisa dicicipi di Restoran Fishermans Table di Paekakariki. Berkendara sekitar satu jam dari pusat kota Wellington, pengalaman menuju restoran di tepi Pantai Kapiti ini sanggup menumbuhkan decak kagum.Sepanjang jalan raya, tampak pemandangan hamparan rumput yang menjadi rumah bagi beragam ternak, seperti ilama, sapi, dan domba.Belum puas menikmati hijau segarnya rumput Wellington, suguhan lain berupa perbukitan hutan pinus, perkampungan suku Maori, laut, hingga birunya langit sudah tersaji di depan mata.Awan-awan putih yang berarak di langit juga melahirkan julukan Aotearoa atau ”Tanah Awan Putih Berarak” bagi Selandia Baru.Sambil bersantap aneka hidangan laut atau olahan daging ternak lokal di Fishermans Table, pengunjung restoran bisa melihat bayangan Pulau Kapiti dari kejauhan.

Pulau Kapiti merupakan pulau tertua di Selandia Baru yang menjadi lokasi konservasi sekaligus habitat alami burung kiwi.Bersantap di Fishermans Table dijamin tak mengecewakan karena penyaji yang cekatan. Tak butuh menunggu lama untuk menyantap aneka hidangan laut.Jika memesan hidangan utama, restoran ini menggratiskan menu salad yang disajikan di meja serupa kapal mini.Duduk di teras restoran menjadi pilihan menarik karena bisa bebas menghirup udara laut yang seolah tak berbatas dan menjadi bagian tak terpisah dari restoran.Menu pembuka menjadi petualangan rasa yang mengasyikkan. Deep fried camembert merupakan olahan keju goreng camembert yang disajikan dengan saus boysenberry dan crackers.Menu lainnya, seperti the platter, terdiri dari hidangan kerang yang disajikan dengan kulitnya, potongan ikan, cumi, hingga udang yang disajikan dengan saus manis.

Setiap hari, restoran Fishermans Table juga menyajikan ikan dengan jenis yang berbeda. Pengunjung bisa melihat informasi jenis ikan yang tersedia di papan pengumuman.Pada kunjungan kali ini, Fishermans Table menghidangkan ikan blue warehou. Ikan biru yang bisa ditangkap sepanjang tahun ini hanya hidup di perairan Australia dan Selandia Baru.Cukup datang ke berbagai restoran hidangan laut, maka wisatawan bisa mencecap keunikan laut Selandia Baru. Dari yang masih tergolong ikan purbakala hingga ikan lokal yang tak bisa dijumpai di tempat lain, selain Selandia Baru.