Sebuah rumpon setinggi 25 meter dengan lebar 12,5 meter dilepas ke laut, mewarnai aksi pekan nelayan dan kemaritiman Bengkulu. Rumpon raksasa tradisional ini dibuat Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Bengkulu tercatat di Museum Rekor Indonesia (Muri) sebagai rumpon tradisional terbesar di Indonesia
Rumpon dilepas di Pantai Panjang, Kota Bengkulu dihadiri Dirjen Perikanan dan Budidaya Perairan Laut Slamet Soebjakto, Gubernur Bengkulu Ridwan Mukti dan ribuan siswa dan Mahasiswa se-Kota Bengkulu.
Wakil Direktur Muri Oesman Semesta Susilo mengatakan, rumpon ini tercatat sebagai rumpon tradisional terbesar yang pernah ada di Indonesia. "Rumpon ini masuk dalam kategori superlatif," kata Oesman.
Pembuatan rumpon ini diperuntukkan sebagai solusi di tengah mulai munculnya kesulitan nelayan Bengkulu dalam mencari ikan.
Saat ini, ikan mulai sedikit di kawasan tepi laut, sehingga nelayan untuk mendapatkan tangkapan yang banyak harus ke tengah laut, sementara laut Bengkulu dianggap ganas.
"Rumpon diharapkan sebagai solusi tepat bagi nelayan pinggir," kata Joni Ardiansyah salah seorang nelayan pembuat rumpon tersebut.
Ia mengatakan saat ini laut dangkal Bengkulu berada pada tiga mil. Di posisi itu ikan sudah sedikit, rumpon menurut nelayan sebagai solusi tepat. Dahulu, perairan tepi Bengkulu dipenuhi oleh terumbu karang tempat ikan bertelur dan mencari makan, namun rusak oleh aktivitas trawl.
Selama ini menurut Joni, nelayan membuat rumpon berukuran tiga meter dan kerap rusak disapu jaring pukat harimau.
Rumpon raksasa yang dilepas ke laut tersebut berbentuk unik menyerupai tabut, icon lain Kota Bengkulu. Diharapkan rumpon tersebut akan dipenuhi plankton dan mulai didatangi ikan-ikan.
Gubernur Bengkulu Ridwan Mukti mengatakan rumpon-rumpon tradisional harus digalakkan mengingat ganasnya laut Samudera Hindia.
"Sementara nelayan kita adalah tradisional, sehingga kesulitan untuk melaut ke laut lepas yang ganas maka rumpon diharapkan dapat menjadi tempat nelayan-nelayan kita, disamping kita mengembangkan budidaya ikan di darat," jelas Ridwan Mukti.