Belajar terus tanpa porsi bermain dan istirahat yang seimbang berdampak sangat buruk pada anak. (Baca : Setiap Lingkungan Sosial Rentan terhadap "Bully")
Berdasarkan survei yang dilakukan terhadap 420 anggota di sekolah akademi yang tersebar di seluruh Inggris, 48 persen siswa mengakui melukai diri sendiri, 43 persen siswa mengaku mengalami gangguan makan, dan 20 persen siswa melakukan percobaan bunuh diri, akibat terlalu stres belajar.
Survei tersebut juga mengungkapkan jika delapan dari 10 staf siswa harus berhadapan dengan siswa yang mengalami masalah mental dan emosional seminggu sekali. Bahkan, 36 persen staf berkata setiap hari harus membantu para siswa untuk menangani masalah mental.
The Association of Teachers and Lecturers menyalahkan sistem kurikulum Inggris yang terlalu padat dan berorientasi akan hasil ujian. Bukan hanya siswa yang mengalami tekanan tinggi
Sebab, guru dan para staf sekolah juga tertekan melihat murid-murid yang memiliki beban akademis luar biasa. (Baca juga : Ibu Sibuk dengan Ponsel, Tumbuh Kembang Anak Jadi Terhambat)
"Aku iba dengan beban emosional yang ditanggung oleh para anak-anak," ujar staf di Sekolah Dasar Somerset.
Sementara itu, staf di Sekolah Dasar Staffordshire mengatakan, "Tekanan ujian di kelas enam jauh lebih besar daripada kelas sepuluh dan sebelas,".
Sebanyak 82 persen guru juga mengakui beban siswa Inggris saat ini jauh lebih berat dibanding 10 tahun lalu.
"Anak muda sekarang hidupnya seperti treadmill. Mereka menghabiskan waktu berjam-jam di depan komputer, jadwal yang tak ada habisnya, dan tak memiliki kebebasan. Tak mengejutkan jika banyak yang sakit mental," ujar Konselor di Warwick School, Inggris.
Department for Education di Inggris mengaku, telah menginvestasikan dana sebesar 1,4 miliar poundsterling atau setara dengan Rp 2 triliun untuk menyediakan spesialis mental guna mendukung generasi muda yang mengalami masalah mental seperti gangguan makan dan melukai diri sendiri.