Ketika orang-orang prasejarah pertama berjalan kaki ke Amerika Selatan pada akhir Zaman Es, mereka menemukan benua subur dihuni oleh segala macam makhluk aneh seperti bajing tanah raksasa dan armadillo sebesar mobil.
(Baca : Berdasarkan DNA Purba, Bangsa Eropa Sebab dari Kepunahan Bangsa Amerika Awal)
Tak lama, kelompok pemburu-pengumpul ini mulai berperilaku seperti "spesies invasif," dengan jumlah populasi mereka yang naik-turun, kemudian merosot, karena mereka terus-menerus menghabiskan sumber daya alam. Baru beberapa waktu belakangan pertumbuhan penduduk menjadi eksponensial, setelah membentuk permukiman tetap dengan tanaman dan hewan peliharaan.
Mereka adalah temuan dari penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Nature. Penelitian ini menyediakan tampilan paling komprehensif untuk waktu keberadaan penduduk dari Amerika Selatan, benua yang terakhir dihuni dan dijajah oleh umat manusia.
Para peneliti mengidentifikasi dua fase penjajahan yang berbeda. Pertama dimulai sekitar 14.000 hingga 5.500 tahun yang lalu, dengan populasi manusia sekitar 300.000 jiwa, dan yang kedua terjadi sekitar 5.500 hingga 2.000 tahun lalu, dengan jumlah penduduk mencapai sekitar 1 juta.
"Manusia seperti spesies invasif lainnya," kata profesor biologi Stanford University, Elizabeth Hadly. "Jika kita menggunakan sumber daya, kita akan menurun. Hal sudah jelas, tetapi penelitian kami menunjukkan bahwa di daerah geografis yang luas seperti benua, manusia dapat mengkonsumsi terlalu banyak, terlalu cepat."
Para peneliti merekonstruksi sejarah pertumbuhan populasi manusia di Amerika Selatan menggunakan data radiokarbon dari 1.147 situs arkeologi. (Baca pula : Arjuna, Pusat Situs Purbakala Baru di Jatim)
Afrika pertama
Spesies manusia pertama kali muncul di Afrika sekitar 200.000 tahun yang lalu, kemudian menyebar ke Eropa dan Asia, hingga akhirnya menyeberang ke Amerika sekitar 15.000 sampai 20.000 tahun yang lalu, menggunakan sebuah jembatan tanah yang dulu terhubung antara Siberia dan Alaska.
Tahap pertama kolonisasi di Amerika Selatan bertepatan dengan kepunahan banyak hewan besar, termasuk kerabat gajah, kucing gigi bertaring, bajing tanah besar, armadillo dan burung terbang besar.
Selama periode ini, populasi manusia menjalani "siklus boom-and-bust", yakni keadaan kelelahan akan sumber daya lokal tumbuhan dan hewan. Beberapa orang, terutama di daerah Andes , mulai membudidayakan hewan dan tumbuh tanaman, termasuk labu dan paprika, namun kebanyakan dari mereka tetap nomaden.
Sekitar 5.000 tahun yang lalu, orang-orang mulai menetap dan menghasilkan masyarakat yang stabil, menunjukkan pertumbuhan eksponensial selama 3.000 tahun, ketika penduduk benua mencapai jumlah sekitar tiga kali lipat.
(Baca juga : Mungkin Inilah Alasan Mengapa Neanderthal Punah)
"Kami menemukan bahwa itu adalah permukiman besar, bukan hanya stabil akan sumber makanan, yang memungkinkan manusia untuk 'menaklukkan' lingkungan mereka dan tumbuh terbatas," kata Amy Goldberg, ahli antropologi Stanford University.