5 Konsep Inovatif Pemakaman Masa Depan

By , Rabu, 13 April 2016 | 07:00 WIB

Kebanyakan dari kita enggan berpikir tentang kematian. Tetapi, seiring dengan peningkatan populasi global, pertanyaan tentang bagaimana mengatur jasad-jasad manusia yang telah meninggal semakin mendesak. Sekitar 55 juta orang meninggal tiap tahunnya, dan pemakaman semakin semrawut. Semakin banyak desainer dan perencana kota yang berusaha menangani masalah ini. Berikut 5 konsep inovatif untuk pemakaman masa depan.

1.      Ketika orang meninggal menerangi malam

Kontes terbaru yang diselenggarakan oleh Centre for Death and Society Universitas Bath di Inggris, meminta para desainer untuk membayangkan bagaimana rupa pemakaman di masa depan. Desainer dari Columbia University keluar menjadi pemenangnya. Dinamai “Sylvan Constellation”, desain mereka menggunakan biomasa (dalam hal ini, gas berasal dari pembusukan tubuh manusia) sebagai bahan bakar lentera, menghasilkan  susunan balok-balok cahaya yang menerangi kawasan pemakaman. Tim tersebut kini akan mengeksplorasi dan melakukan instalasi proyek di pemakaman bersejarah di Inggris:  Arnos Vale Cemetery.

2.      Pulau pemakaman terapung

(Bread Studio)

Di negara dengan lahan padat seperti Hong Kong, kesemrawutan pemakaman sudah menjadi masalah selama beberapa dekade terakhir. Banyak keluarga yang menyimpan abu kremasi orang-orang tercinta di kolumbarium, atau bangunan dan dinding dengan ceruk-ceruk untuk menempatkan guci. Tetapi, kolumbarium tetap saja memakan tempat. Selain itu, seringkali penduduk lokal menentang pembangunan kolumbarium bertingkat di lingkungan mereka. Alasan-alasan itu melatarbelakangi “Floating Eternity”, sebuah konsep untuk “pulau kolumbarium” terapung yang dikembangkan oleh firma desain Hong Kong, Bread Studio. Pulau ini akan berada di lepas pantai laut Cina Selatan hampir sepanjang tahun dan dapat dicapai dengan feri. Tapi pulau itu akan berlabuh di kota selama masa-masa pemujaan leluhur tahunan.

3.      Kekal  di batu karang

Terumbu karang (Thinkstock Photos)

Lupakan tentang persemayaman jasad orang meninggal yang memiliki kedalaman 2 meter di bawah kita. Bagaimana jika 12 meter di bawah? Di bawah permukaan air laut maksudnya. “Neptune Memorial Reef”, batu karang buatan manusia terbesar di dunia, merupakan mausoleum bawah air untuk abu sisa kremasi.  Sebuah solusi yang ramah lingkungan, di lepas pantai Miami, memikat berbagai jenis kehidupan laut, membantu mengembalikan kehidupan spesies yang terancam. Satu-satunya kelemahannya ialah, Anda hanya bisa mengunjungi tempat peristirahatan orang-orang terkasih jika Anda menyelam.

4.      Pemakaman pencakar langit

Konsep desain dari desainer Perancis Fillette Romaric dan Chandrasegar Velmourougane menggabungkan keindahan dan kepraktisan. Konsep desain pemakaman vertikal tersebut memiliki jendela pada atap di bagian tengah, yang memungkinkan cahaya matahari memantul pada kolam di permukaan tanah. (eColo)

Memang sudah ada beberapa pemakaman pencakar langit, mulai dari Memorial Necropole Ecumenica di Brazil hingga Portland Memorial Mausoleum di Oregon.  Tetapi, konsep desain dari desainer Perancis Fillette Romaric dan Chandrasegar Velmourougane menggabungkan keindahan dan kepraktisan. Konsep desain pemakaman vertikal tersebut memiliki jendela pada atap di bagian tengah, yang memungkinkan cahaya matahari memantul pada kolam di permukaan tanah. Sebuah jalan spiral di sekitar bangunan memungkinkan  pengunjung untuk mengunjungi makam dan menawarkan pemandangan menakjubkan kota Paris. Ide ini menjadi finalis dalam kompetisi eColo Skyscraper pada 2011.

5. Batu nisan GPS

Ilustrasi: navigasi GPS (thinkstockphotos.com)

Penguburan “alami” atau “hijau” semakin populer belakangan ini. Dalam penguburan alami, jasad dikuburkan di sebuah tanah lapang atau di tempat-tempat alami lain tanpa nisan maupun pembalseman secara kimiawi. Pertanyaan yang tersisa ialah: bagaimana para kerabat dapat mengunjungi makam tanpa adanya batu nisan sebagai penanda?

Beberapa pemakaman telah menemukan solusi potensial: GPS. Jenazah akan dimakamkan bersama sebuah unit GPS dan keluarga akan diberikan alat pelacak untuk “menemukan mereka” ketika berkunjung ke makam.