Bumi dilaporkan sedang mengalami kepunahan massal keenam, yakni ketika makhluk darat dan laut menghilang pada tingkat hingga 1.000 kali lebih cepat dari yang dianggap normal.
Berbagai temuan fosil memberikan petunjuk tentang sebagian makhluk yang bertahan hidup setelah sebagian besar mati dalam sejarah planet bumi ini. (Baca : Serangan Asteroid dan Letusan Vulkanik Menjadi Bencana Ganda Penyebab Punahnya Dinosaurus)
Dua ratus lima puluh juta tahun yang lalu letusan raksasa gunung berapi memuntahkan miliaran ton karbon ke atmosfer, secara radikal memanaskan iklim dan mengubah susunan kimia di laut. Keadaan itu menyebabkan 95 persen biota laut dan 70 persen makhluk darat mati.
Tetapi bagi banyak ilmuwan yang sangat menarik untuk ditelusuri adalah korban yang berhasil bertahan hidup. Salah satu jenis hewan yang bertahan dan mendominasi catatan fosil adalah therapsid, kerabat purba mamalia.
Paleontolog Ken Angielczyk dan rekan-rekannya di Field Museum di Chicago melakukan analisis mikroskopis jenis therapsid tertentu yang dikenal sebagai Lystrosaurus. Sebelum kepunahan massal, hewan itu berumur panjang, antara 13-19 tahun, dan berdasarkan catatan pertumbuhan yang diamati pada tulangnya, panjang Lystrosaurus mencapai dua meter dengan ukuran badan sekitar sama dengan kuda nil kerdil.
“Jika penelitian kita melintasi batas waktu yang dikenal sebagai Permian-Triassic, yakni ketika terjadi peristiwa kepunahan masal sekitar 250 juta tahun lalu, kita dapati bahwa sebagian besar spesimen Lystrosaurus hanya berumur satu atau dua tahun dan hewan itu tampaknya berkembang biak dengan pesat dalam hidup yang singkat itu,” kata Dr. Ken Angielczyk.
(Baca pula : Inilah Penyebab Satwa Kita Terancam Punah)
Sebagai hewan yang bertahan hidup Lystrosaurus berkembang biak jauh lebih muda dan menyebar ke semua wilayah di dunia sehingga menjadi hewan bertulang belakang paling banyak setelah Kepunahan Massal Kelima (Fifth Mass Extinction). Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam majalah ilmiah, Scientific Research, perkembangbiakan yang cepat dan jangka hidup yang lebih singkat menambah peluangnya untuk bertahan hidup hingga 40 persen dalam lingkungan baru yang tidak stabil. Angielczyk melihat versi modern tren hidup cepat dan mati muda ini dengan menyusutnya ikan kod Atlantik, yang secara historis telah ditangkap dalam jumlah berlebihan, terakhir dalam operasi penangkapan ikan berskala industri. Catatan awal menunjukkan ikan kod hidup antara sepuluh sampai lima belas tahun, dan ikan kod tertua memproduksi paling banyak keturunan.
“Sebagian besar ikan kod yang kita temukan kini cenderung berusia sangat muda, dan keadaan memaksa ikan kod sedapat mungkin berkembang biak cepat dalam hidupnya. Jadi kita melihat pola di mana ada banyak ikan muda yang berjuang untuk bereproduksi sedini mungkin karena gangguan penangkapan ikan yang berlebihan. Keadaan ini mirip dengan apa yang kita lihat dengan Lystrosaurus yang ketika itu dipaksa oleh keadaan untuk bereproduksi sedini mungkin," imbuh Angielczyk.
Namun, yang membedakan waktu kita dengan waktu 252 juta tahun yang lalu itu adalah bahwa krisis kepunahan zaman sekarang sebagian besar diakibatkan oleh ulah manusia yang membuat iklim lebih hangat, lingkungan tercemar, adanya spesies invasif dan hilangnya habitat. Angielczyk mengatakan temuan-temuan dari fosil kuno itu bisa menjadi referensi bagi tindakan yang diperlukan.
“Semakin banyak yang kita pelajari tentang kepunahan massal, hal itu semakin membantu kita memahami apa yang akan terjadi di dunia sekitar kita saat ini, dan merencanakan lebih baik berbagai perubahan ke depan dan mudah-mudahan juga mencegah sebagian kepunahan dalam dunia modern,” lanjutnya.
(Baca juga : Kepunahan Leluhur Manusia Berdampak pada Kesehatan Saat ini)
Angielczky mengatakan selagi kita bergerak lebih jauh ke dalam era Kemusnahan Massal Keenam, Lystrosaurus memberikan pemahaman berharga tentang cara untuk bertahan hidup.