Inilah Alasan Garbarata Tak Selalu Digunakan di Bandara

By , Selasa, 19 April 2016 | 18:00 WIB

Jembatan penghubung antara bandara dan pesawat lazim dikenal dengan sebutan garbarata. Dengan garbarata, calon penumpang bisa menyeberang ke pesawat tanpa harus keluar dari gedung terminal.

Namun, terkadang penumpang tak bisa selalu menikmati fasilitas tersebut dan harus menggunakan bus untuk dapat naik ke pesawat. Mengapa demikian? (Baca : Inilah 10 Bandara Terbaik di Dunia Tahun 2016)

Public Relation Manager Angkasa II Chaerul Anwar menjelaskan, garbarata tersebut memang tak selalu tersedia mengingat keterbatasan parking stand. Ia menambahkan, setiap maskapai penerbangan memiliki jadwal tersendiri untuk bisa mendapatkan fasilitas garbarata.

“Misalnya di Soekarno Hatta, garbarata sudah terjadwal untuk pesawat domestik maupun mancanegara. Ketika garbarata itu kosong tidak digunakan, pasti dalam waktu dekat ada pesawat lain akan datang menggunakan gabarata yang telah dijadwalkan,” kata Chaerul saat dihubungi KompasTravel, Senin (11/4/2016).

Ia melanjutkan, jadwal penggunaan garbarata tersebut ditentukan pihak Angkasa Pura. Mulanya, pihak Angkasa Pura mendapatkan data jadwal penerbangan dan kemudian menentukan parking stand yang menggunakan gabarata atau tidak.

“Kita tetap usahakan untuk kenyamanan penumpang. Walaupun tak dapat garbarata, tetap disediakan bus untuk ke pesawat,” ungkap Chaerul.

Ia juga menyebutkan, kebijakan penggunaan garbarata atau tidak di bandara untuk penumpang berlaku di seluruh bandara di dalam negeri maupun di luar negeri. Sehingga, penumpang tak perlu bingung dengan kebijakan penggunaan garbarata tersebut..

“Kalau tetap mau ada garbarata, dikhawatirkan akan membuat jadwal penerbangan menjadi terlambat. Penggunaan garbarata itu sudah terjadwal untuk masing-masing maskapai,” kata Chaerul.

(Baca pula : Bandara dan Maskapai Paling Tepat Waktu di Dunia)

Garbarata merupakan lorong yang dapat bergerak secara horizontal (memanjang dan memendek), vertikal (naik dan turun) dan berotasi sebesar 175 derajat. Dari terminal keberangkatan, penumpang bisa melewati gabarata untuk masuk ke dalam pesawat. Begitu pula sebaliknya dari pesawat menuju terminal kedatangan.