Ketakutan terhadap kecerdasan buatan (Artificial Intelegence/AI) yang menghancurkan manusia seperti dalam film Terminator atau genre film apoclypse berdampak pada penelitian dan pengembangan teknologi. Penelitian dan pengembangan dapat tertahan dan berpotensi merugikan masyarakat sebagai hasilnya.
(Baca : Juara Dunia Permainan Go Kalahkan Program Kecerdasan Buatan Google)
Hal tersebut diakui oleh direktur penelitian Microsoft, Chris Bishop. Potensi manfaat dari AI, seperti pengembangan mobil driverless dan manufaktur lebih efisien, dapat merevolusi luasnya masyarakat, kalau saja kita bisa berhenti melihat AI sebagai sesuatu yang menakutkan.
Bishop mengatakan bahwa umat manusia akan musnah dengan membuang bayi atau saling bunuh. Manusia terlalu fokus pada aspek-aspek negatif dari AI seperti yang digambarkan dalam The Terminator dan Skynet. Bishop juga tidak setuju dengan orang-orang yang menentang AI. Memang masih ada beberapa potensi risiko, namun tidak dengan berakhirnya umat manusia seperti yang sering digambarkan. Sebaliknya, ia mengatakan ada kemungkinan bahwa AI akan mengembangkan potensi membahayakan.
Stephen Hawking dan Elon Musk telah mempublikasi risiko yang mereka pikir ditimbulkan oleh perkembangan kecerdasan buatan. "Perkembangan kecerdasan buatan penuh bisa berarti akhir dari umat manusia," kata Hawking dilasir dari BBC pada tahun lalu.
Senada, Musk berkata, "Saya pikir kita harus sangat berhati-hati tentang kecerdasan buatan. Jika harus menebak apa ancaman eksistensial terbesar kita? itu mungkin AI. Jadi kita harus sangat berhati-hati.” Sejak itu pula, Bill Gates juga telah bergabung dalam paduan suara tersebut.
Bishop mengatakan bahwa percakapan dan cakupan dari AI tidak membantu ketika angka-angka besar publik mengabadikan gagasan ini sedemikian rupa. "Saya pikir Stephen sedang mencari sesuatu jauh ke masa depan," kata Bishop.
"Saya merasa sangat sulit memprediksi bagaimana teknologi yang masuk 10 tahun, apalagi 1.000 tahun ke depan ! Manusia jelas menghadapi banyak tantangan, tapi saya sangat optimis tentang potensi teknologi untuk mulai menanggulangi masalah ini. "
Terkait ketakutan terhadap pengembangan AI, ada beberapa kekhawatiran yang sah tentang teknologi saat ini. Minggu ini Human Rights Watch merilis sebuah laporan yang menyerukan PBB untuk melarang robot pembunuh digunakan dalam peperangan, sebelum nantinya para robot itu menjadi suatu norma.
(Baca pula : Pepper, Robot Pertama yang Bersekolah)
Mereka mengklaim bahwa produksi drone militer yang mampu tidak hanya mengidentifikasi, tetapi juga secara mandiri membunuh target tanpa masukan dari controller manusia dapat digunakan beberapa tahun lagi. PBB harus melarang sebelum mereka yang digulirkan.