Ilmuwan Berhasil Menyingkap Banjir Populasi Satwa Liar di Chernobyl

By , Senin, 25 April 2016 | 16:00 WIB

Setelah bencana Chernobyl tahun 1986 di Ukraina, lebih dari seratus ribu orang dievakuasi secara permanen dari Zona Ekslusi Chernobyl. Sementara itu, perdebatan ilmiah seputar nasib satwa liar yang tersisa di daerah ekslusi terus mengalir.

Penelitian sebelumnya yang dipublikasikan pada Oktober 2015 menyatakan bahwa populasi satwa liar di area tersebut berkembang pesat berdasarkan penghitungan jejak satwa.

James Beasley, peneliti dari Universitas Georgia dan rekan-rekannya menggunakan metode penelitian yang lebih modern  untuk mendukung temuan sebelumnya.

“Studi sebelumnya memberi pandangan sekilas tentang status populasi satwa liar di Zona Ekslusi Chernobyl, tetapi kita perlu memperkuat studi tersebut,” ujar Beasley.

Pada penelitian ini Beasley dan timnya mengerahkan kamera secara sistematis di seluruh Zona Ekslusi Chernobyl bagian Belarus dan menangkap bukti fotografis agar semua orang dapat melihat gambarnya.

Penelitian dilakukan selama lima minggu di 94 situs menggunakan 30 kamera. Sebuah kamera yang dikendalikan jarak jauh diatur pada sebuah pohon atau struktur mirip pohon selama tujuh hari di masing-masing lokasi. Setiap stasiun kamera dilengkapi dengan aroma asam lemak untuk menarik hewan.

“Kami mendokumentasikan setiap spesies yang tertangkap kamera beserta frekuensi kunjungan mereka, terutama hewan karnivora, karena hirearki mereka pada rantai makanan,” tutur penulis utama studi, Sarah Webster yang juga berasal dari Universitas Georgia.

Secara total, para ilmuwan telah mengamati sebanyak 14 spesies mamalia. Hewan yang paling sering terlihat adalah serigala abu-abu (Canis lupus), anjing rakun (Nyctereutes procyonoides), babi Eurasia (Sus scrofa), dan rubah merah (Vulpes vulpes).

Semua spesies ini kerap muncul di sekitar stasiun atau di area yang paling terkontaminasi. “Kami tidak menemukan bukti yang mendukung gagasan bahwa populasi meningkat di area tingkat kontaminasinya tinggi,” ujar Beasley.

“Yang kami temukan adalah, hewan-hewan ini lebih sering ditemukan di daerah yang disukai sebagai habitat karena memiliki apa-apa yang mereka butuhkan, seperti makanan dan air,” tambahnya.

Menurut Beasley, studi ini memberikan banyak verifikasi yang dibutuhkan, namun diperlukan studi lebih lanjut untuk menentukan kepadatan satwa liar dan memberikan taksiran mengenai kelangsungan hidup kuantitatif.