Sebuah studi terbaru oleh Pusat Pengawasan dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika menunjukkan bahwa tingkat bunuh diri di AS telah melonjak 24 persen selama tahun 1999 hingga 2014.
(Baca : Mencari Harapan Hidup Attawapiskat, Komunitas yang Diisolasi dari Dunia)
Studi yang dipublikasikan Kamis (20/4) memaparkan bahwa tingkat bunuh diri naik setelah tahun 2006. Setelah berakhirnya ledakan ekonomi di akhir 1990-an, namun justru menjadi awal resesi tahun 2008.
Tingkat bunuh diri pada pria di bawah usia 75 tahun melonjak 43 persen sepanjang tahun 1999 dan 2014. Sedangkan, di antara perempuan di bawah 75 tahun, tingkat kenaikan terbesar terjadi diantara wanita berusia 45 hingga 64. Tingkat bunuh diri di kalangan wanita-wanita itu 80 persen lebih tinggi pada tahun 2014 dibandingkan tahun 1999.
Hasilnya menunjukkan penyempitan kesenjangan gender tradisional pada tingkat bunuh diri, sedangkan pria biasanya lebih mungkin melakukan bunuh diri dibandingkan wanita, namun tingkat perempuan yang bunuh diri tumbuh jauh lebih cepat dari pada pria.
Perubahan metode
Metode bunuh diri juga berubah, meskipun laki-laki lebih mungkin melakukannya dibandingkan perempuan dengan menggunakan senjata api, yakni sekitar 55 persen pada tahun 2014. Namun, sebesar 31 persen perempuan menggunakan senjata api, persentase yang hampir menyaingi penggunaan racun untuk bunuh diri pada perempuan.
Jumlah keseluruhan angka bunuh diri ini mungkin tampak suram. Para ahli mengatakan kebanyakan orang yang mencoba bunuh diri jarang berhasil, itu berarti upaya untuk menghalangi orang bunuh diri adalah hal penting.
(Baca pula : Bagaimana Mimpi Buruk Picu Pikiran Bunuh Diri ?)
Penelitian menunjukkan bahwa menghapus izin penggunaan sarana yang dapat mengambil nyawa sendiri, seperti senjata api atau racun, bisa menjadi cara efektif untuk menangani masalah secara langsung, dan melakukan pengobatan jangka panjang sebagai penanganan selanjutnya