Sebuah studi yang dipimpin oleh Dr Kieren Mitchell dari University of Adelaide menyoroti evolusi dari beruang terbesar yang diyakini pernah hidup di Bumi.
Beruang raksasa (berat lebih dari 800-1.000 kg) menjelajahi Amerika Utara dan Selatan selama masa Pleistosen, 2,5 juta sampai 11.000 tahun yang lalu. (Baca : "Teddy Bear" Kini Tak Lagi Terancam)
Hewan ini memiliki subfamily yang sekarang secara praktis telah punah, yakni Tremarctinae. Saat ini hanya diwakili oleh beruang berkacamata Andes (Tremarctos ornatus). Beruang ini sebagian besar herbivora, mereka biasa ditemukan di Amerika Selatan. Beruang raksasa Amerika Utara (genus Arctodus) dan beruang Amerika Selatan (genus Arctotherium) telah lama diyakini sebagai relatif terdekat satu sama lain.
Peneliti membandingkan data DNA mitokondria kuno ini (diperoleh dari perwakilan dua hewan yang telah punah) dengan spesies yang masih hidup. Berdasarkan perbandingan tersebut, Dr. Mitchell dan rekannya, mampu menunjukkan bahwa Arctotherium terkait erat dengan beruang berkacamata Andean dan bukannya Arctodus.
"Dalam studi ini, kami mengurutkan genom mitokondria dari femur Arctotherium yang diawetkan di sebuah gua di Chili," jelas para ilmuwan. (Baca pula : Memata-matai Sang Pemuja Madu)
"Analisis filogenetik molekuler kami mengungkapkan bahwa beruang Amerika Selatan bermuka pendek yang lebih erat terkait dengan beruang berkacamata Amerika Selatan yang tersisa, daripada beruang pendek berwajah Amerika Utara."
Implikasi dari hasil ini adalah bahwa beruang tersebut merupakan contoh luar biasa dari evolusi konvergen, beruang raksasa tampaknya telah berevolusi secara independen di Amerika Utara dan Selatan.
"Evolusi konvergen ini akan muncul dalam menanggapi kondisi lingkungan yang sama di kedua benua, kemungkinan besar kelimpahan bangkai herbivora besar (dibunuh oleh predator yang lebih kecil)," ungkap Dr. Mitchell.
Penemuan ini dipublikasikan April 19, 2016 di jurnal Biology Letters.