Dilema Pulau Penjaga dan Eksotisme Utara Belitung

By , Kamis, 28 April 2016 | 16:00 WIB

Tepat di ujung utara pulau Beliltung berdiri dengan megah Mercusuar buatan tahun 1882. Bangunan putih setinggi 70 meter itu menambah apik paduan biru laut dan hijau pepohonan yang tumbuh di Pulau Lengkuas. Tak banyak jejak sejarah yang tertinggal untuk meceritakan bangunan yang kabarnya juga merupakan tempat menyimpan tahanan di masa lampau. ‘Vervaardigd Door L.I. Enthoven & Co Fabrikanten Te Gravenhage’ begitulah yang tertera di sisi luar Mercusuar, jika diartikan kedalam Bahasa Indonesia bisa memberikan arti bahwa menara ini dibangun oleh L.I. Enthoven & Co, sebuah perusahaan yang bertempat di Den Hag, Belanda.

Keindahan pulau ini telah termahsyur ditambah dengan pemberitaan berbagai media yang menyorot tempat ini sebagai primadona wisata negeri laskar pelangi. Dari ketinggian 70 meter, sejauh mata memandang kita dapat menikmati pemandangan hamparan bebatuan granit khas pantai di kawasan Bangka-Belitung. Semakin terkenal tempat ini membuat dilema muncul di pulau penjaga.

Pulau Lengkuas yang digandrungi para wisatawan ini merupakan daerah kerja Direktorat Navigasi, Direktorat Jenderal Perhubungan laut, Kementerian Perhubungan. Mercusuar yang berdiri diatasnya tak hanya menjadi ikon pariwisata semata tetapi hingga kini bangunan tersebut masih mengemban tugas mulia memandu kapal-kapal yang lewat diperairan Belitung kala malam.

Menurut Soleh, pria asal Bogor yang bertugas menjaga mercusuar, pihaknya kadang merasa serba salah dengan tingginya permintaan wisatawan untuk naik ke atas bangunan 18 lantai tersebut. Tak jarang pula pihak pemandu wisata yang ikut merajuk.

Setidaknya ada dua hingga tiga orang yang bertugas menjaga Pulau Lengkuas, mereka adalah para petugas Kementerian Perhubungan yang memastikan kelangsungan fungsi menara pemandu dan bertanggungjawab atas kebersihan area pulau.

Suherman yang merupakan rekan sejawat Soleh pun sempat mengeluhkan kebiasaan para wisatawan yang sering kali meninggalkan jejak berupa sampah di sekitar pulau yang menjadi area tugas mereka. Pria yang telah 6 kali bertugas di mercusuar Pulau Lengkuas ini menyayangkan kebiasaan buruk tersebut, bahkan beberapa kali ia bersitegang  karena merasa lelah dengan sampah yang berserakan.

Dilema pulau penjaga ini ternyata telah menjadi masalah lama. Pemerintah daerah Kabupaten Belitung melalui Dinas Pariwisata telah melakukan berbagai rekonsiliasi mengenai pemanfaatan Pulau Lengkuas sebagai salah satu tujuan wisata.

“Kami sudah melakukan pendekatan, salah satunya adalah dengan memfasilitasi penyampaikan aspirasi-aspirasi masyarakat Belitung melalui kunjungan dewan ke Pulau Lengkuas,” ungkap Hermanto, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Belitung

Hermanto pun menyadari, perlu adanya koordinasi lintas sektor di tingkat pusat untuk mengakhiri dilema yang terjadi di pulau yang menjadi primadona wisata sekaligus kawasan kerja keselamatan pelayaran itu. Pihaknya pun makin optimis mengembangkan pariwisata Belitung dengan adanya Perpres Nomor 64 Tahun 2014 mengenai dukungan lintas sektor untuk pembangunan kepariwisaan.

Nama lengkuas sekilas sama dengan sebutan tanaman dengan nama latin Alpinia Galanga. Siapa sangka ternyata nama Pulau Lengkuas tak ada kaitannya dengan jenis tanaman rimpang tersebut. Long House, dari kata tersebutlah nama lengkuas muncul. Long House merujuk pada bangunan panjang yang ada disekitar mercusuar, bangunan tersebut kini digunakan sebagai tempat tinggal para pengaja mercusuar. Lidah masyarakat lokal yang tak bisa melafalkan sebutan “Long House” lah yang kemudian menyebutnya dengan kata “lengkuas”.

Keindahan Pulau Lengkuas memang tak hanya ada pada ujung mercusuar saja, daratan disekitarnya pun tak kalah memukau. Tak ayal, banyak wisatawan yang menghabiskan waktu berfoto dengan menara dari kawasan pantai maupun sekedar bermain air. Perairan dangkal di sekitar Pulau lengkuas memiliki menyimpan keindahan bawah laut yang memukau. Tak perlu menyelam dalam untuk mengintip kehidupan bawah air, pemandanga aneka ikan yang berseliweran tak jauh dari bibir pantai bisa dinikmati melalui kegiatan snorkling.

Diperkirakan luas Pulau Lengkuas hanya mencapai 1 hektar saja, mengelilinginya pun tak perlu waktu lama. Selain memikat dari bawah permukaan laut dan di sekitar kawasan pantai, pulau ini juga ditumbuhi pepohonan rindang dan hutan kecil yang menambah lengkap keindahan lanskapnya.

Pulau lengkuas dapat digapai menggunakan sarana trasportasi kapal yang banyak disewakan di Pelabuhan Tanjung Kelayang maupun dermaga Tanjung Binga. Diperlukan waktu sekitar 25-20 menit dari Pelabuhan Tanjung Kelayang untuk bersandar ke pulau ini. Jika ingin melakukan island hopping, usahakan untuk memulainya dari pagi karena akan ada banyak titik yang akan dikunjungi, tak ada salahnya pula mengejar matahari terbit di Tanjung Kelayang sebelum berlayar.