Kolesterol atau lemak buruk di dalam tubuh adalah penentu tinggi atau rendahnya risiko penyakit serius, seperti jantung, stroke, dan pembuluh darah. (Baca : Mitos dan Fakta Seputar Konsumsi Telur)
Kolesterol tinggi sering disebut silent killer karena bagi kebanyakan orang, tidak ada tanda-tanda atau gejala awal yang terlihat atau terasa dengan jelas. Pada tahap selanjutnya, kadar kolesterol tinggi menunjukkan gejala-gejala, seperti:
- Angina, disebabkan oleh penyempitan dari satu atau lebih pembuluh arteri.
- Serangan jantung, disebabkan oleh penyumbatan di salah satu pembuluh darah ke jantung.
- Stroke, disebabkan oleh penyumbatan di salah satu pembuluh darah di leher atau otak.
- Nyeri pada kaki, disebabkan oleh penyumbatan pada arteri otot kaki.
(Baca juga : Produsen Makanan Kurangi Lemak Jenuh dalam Produk)
Faktor risiko
Ada beberapa hal bagi Anda yang berisiko memiliki kadar kolesterol yang tidak sehat:
- Riwayat keluarga, seperti ibu, ayah, kakak, dan adik dengan kolesterol tinggi.
- Ibu, ayah, saudara atau saudari yang telah mengalami serangan jantung atau angina sebelum usia 50 (pria) atau 60 (wanita).
- Menderita diabetes tipe-2.
- Menggemari produk makanan hewani atau lemak jenuh.
- Tidak aktif secara fisik.
- Deposit lemak pada kelopak mata atau cincin putih di sekitar iris mata.
Hanya saja, tidak semua orang dengan tanda-tanda ini akan memiliki kolesterol tinggi. Untuk membantu mencegah penyakit kardiovaskular (jantung dan peredaran darah), seseorang di atas usia 40 tahun sebaiknya melakukan uji kadar kolesterol setiap 5 tahun.
(Baca pula : Konsumsi Makanan Berlemak Saat Pubertas Picu Kanker Payudara)
Faktor risiko lain
Penting untuk diingat bahwa olesterol tinggi hanya salah satu faktor risiko. Risiko penyakit kardiovaskular meningkat jika Anda memiliki faktor risiko tambahan, seperti:
- Pertambahan usia.
- Memiliki riwayat keluarga berpenyakit jantung dini.
- Anda seorang perokok.
- Anda memiliki diabetes tipe-2.
- Anda kelebihan berat badan atau obesitas, terutama jika tubuh Anda berbentuk apel.