Salah satu syarat keberlangsungan hidup manusia adalah ketersediaan makanan. Dengan mengonsumsi makanan, manusia memiliki energi untuk beraktifitas. Makanan juga membantu pertumbuhan fisik dan otak manusia.
Manusia melakukan berbagai cara untuk mendapatkan akses terhadap makanan. Makanan dapat diperoleh dengan cara memproduksinya sendiri (bertani/beternak). Sebagian yang bukan produsen memperoleh makanan dengan cara membelinya, baik lewat produsen langsung maupun lewat distributor.
Namun faktanya, kebutuhan yang besar terhadap makanan tidak dapat mencegah terjadinya pemborosan makanan.
Berikut sembilan fakta perihal pemborosan makanan yang dirilis Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO):
- Volume global dari pemborosan makanan di dunia diperkirakan mencapai 1,6 miliar ton. Dari jumlah ini, total pemborosan makanan untuk bagian yang dapat dimakan adalah 1,3 miliar ton.
- Jejak karbon yang ditinggalkan akibat pemborosan makanan ini diperkirakan 3,3 milyar ton karbon dioksida yang setara dengan emisi rumah kaca yang dilepaskan ke atmosfir setiap tahun.
- Total volume air yang digunakan setiap tahun untuk menghasilkan makanan yang hilang atau terbuang (250 Km3) setara dengan aliran Sungai Volga di Rusia, atau tiga kali volume Danau Jenewa.
- Demikian pula, sebesar 1,4 miliar hektar lahan—28% dari daerah pertanian di dunia—digunakan setiap tahun untuk menghasilkan makanan yang hilang atau terbuang.
- Pelacakan oleh Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam menyebut, pertanian bertanggung jawab untuk sebagian besar ancaman terhadap spesies tanaman dan hewan beresiko.
- Dari semua makanan yang terbuang, hanya sebagian kecil yang berakhir menjadi kompos. Kebanyakan berakhir di tempat pembuangan sampah, dan mewakili sebagian besar sampah kota. Emisi metana dari tempat pembuangan sampah merupakan salah satu sumber terbesar emisi gas rumah kaca dari sektor sampah.
- Rumah kompos dapat berpotensi mengalihkan hingga 150 Kg limbah makanan per rumah tangga setiap tahun dari otoritas pemungutan lokal.
- Negara-negara berkembang menderita lebih banyak kerugian makanan selama produksi pertanian, sedangkan untuk kelas menengah dan daerah berpenghasilan tinggi, limbah makanan di tingkat ritel dan konsumen cenderung lebih tinggi.
- Konsekuensi ekonomi langsung dari pemborosan makanan (tidak termasuk ikan dan makanan laut) mecapai 750 miliar Dollar per tahun.