Sejarah dan Perkembangan Sindrom Asperger

By , Selasa, 3 Mei 2016 | 10:00 WIB

Sindrom Asperger pertama kali dideskripsikan oleh dokter anak di Wina, Hans Asperger pada tahun 1940-an. Hans mengamati autism, seperti perilaku dan kesulitan dengan keterampilan dan komunikasi sosial dalam anak laki-laki yang memiliki pengembangan kecerdasan dan bahasa yang normal.

Banyak profesional merasa sindrom Asperger hanyalah bentuk yang lebih ringan dari autis dan menggambarkan orang-orang tersebut dengan istilah high-functioning autism. Uta Frith, seorang professor di Lembaga Ilmu Saraf Kognitif (University College London) dan editor dari buku 'Autism and Asperger Syndrome', menjelaskan individu dengan Asperger “memiliki sejumput autisme”.

Pada tahun 1994, Asosiasi Psikiatri Amerika  memasukkan sindrom Asperger ke dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV), sebagai gangguan yang terpisah dari autisme. Keduanya terdaftar sebagai subkategori dalam diagnosis “Gangguan Perkembangan Pervasif”. Namun banyak profesional menganggap bahwa sindrom Asperger merupakan bentuk yang tidak terlalu parah dari autism. Dan akhirnya, dalam DSM-5 (yang dikeluarkan pada tahun 2013) disebutkan bahwa gangguan autis, Asperger dan gangguan perkembangan pervasif lainnya berada dalam payung diagnosis Autism Spectrum Disorder (ASD).

!break!

Ilustrasi. (nmbreakthroughs.org)

Diagnosa Diagnosis gangguan Asperger meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Dalam DSM-IV, gangguan Asperger memiliki karakteristik yang sama dengan yang tercantum untuk autism. Perbedaannya, anak-anak dengan Asperger tidak memiliki keterlambatan dalam bidang komunikasi dan bahasa. Bahkan, untuk dapat didiagnosa Asperger, seorang anak harus memiliki perkembangan bahasa dan kecerdasan yang normal.

Kriteria DSM-IV untuk Asperger menyebutkan bahwa individu harus memiliki “kerusakan parah dan berkelanjutan dalam interaksi sosial, dan keterbatasan pengembangan terbatas, perilaku dengan pola berulang, minat dan kegiatan yang menyebabkan gangguan klinis yang signifikan di bidang sosial, pekerjaan atau bidang-bidang penting lainnya.

Langkah pertama untuk melakukan diagnosa adalah penilaian, termasuk sejarah perkembangan dan observasi. Hal ini harus dilakukan oleh profesional medis berpengalaman dengan autisme dan gangguan perkembangan pervasif lainnya. Diagnosis dini juga penting agar anak-anak dengan gangguan Asperger (yang didiagnosis dan diobati sejak awal) berkesempatan sukses dalam pendidikan dan akhirnya hidup secara mandiri.