Adu Kekebalan Tubuh Warnai Ritual Panen Apaddekko

By , Minggu, 8 Mei 2016 | 16:00 WIB

Ratusan warga Galesong, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan memadati tradisi panen raya petani yang dikenal dengan ritual Apaddekko oleh masyarakat setempat. (Baca : Panen Durian Baduy)

Dalam ritual ini, selain dilakukan prosesi tumbuk lesung yang diawali dengan pengucapan sumpah setia diiringi adu kekebalan tubuh. Juga disuguhkan adu silat serta tarian tradisional lainnya yang membuat para pengunjung sangat terhibur.

Tradisi Apaddekko yang digelar oleh warga Desa Tabaringang, Kecamatan Galesong Utara, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan mulai dilakukan pukul 13.00 WITA, Kamis, (05/05/2016).

Tradisi ini diawali dengan ritual pengucapan sumpah setia atau dikenal dengan Angngaru. Angngaru merupakan ritual bagi para prajurit kerajaan Gowa dihadapan sang raja. Dalam ritual Angngaru ini.

Prajurit kerajaan ini selain mengucapkan sumpah setia dengan hunusan keris, juga menunjukkan antraksi kekebalan tubuhnya dengan cara menikam sekujur tubuhnya. Usai prosesi angngaru. (Baca pula : Panen Kayu Manis di Sumatera Direkam Oleh Duo Dokumenter)

Para ibu rumah tangga kemudian mengambil antan dan menumbuk padi di lesung berukuran dua meter. Irama tabuhan lesung ini mengiringi tabuhan gendang tradisional serta adu lilat atau disebut Manca.

Seni beladiri Manca ini merupakan seni bela diri suku Makassar yang terkadang menggunakan senjata tajam jenis badik. Tradisi panen raya petani cukup menghibur warga yang sengaja datang dari berbagai pelosok daerah hanya untuk menyaksikan tradisi panen raya ini.

"Kebetulan libur panjang jadi kami sekeluarga datang ke sini karena inikan sekali setahun dan memang baru pertama kali saya lihat yang begini-begini," kata Radiah, salah seorang pengunjung asal kota Makassar. (Baca juga : Mengapa Jagung Menjadi Hasil Panen Terbesar di Tiongkok?)

Prosesi ini diakhiri dengan suguhan tarian tradisional yang dilakukan oleh para gadis desa setempat. Warga sendiri berharap agar tradisi ini terus dilakukan oleh warga di masa datang agar tidak hilang tergerus zaman.

"Ini tradisi panen raya yang tiap tahun kami lakukan setiap kali habis panen. Hal ini sebagai wujud rasa syukur kepada Allah atas melimpahnya panen padi," kata Azis Sijaya, salah seorang tokoh masyarakat setempat.