Tim dokter di Inggris untuk pertama kalinya berhasil melakukan transplantasi organ dari donor yang positif terinfeksi HIV. Organ tersebut ditransplantasikan pada pasien yang juga positif HIV. Keduanya (pendonor dan penerima donor) sejauh ini telah pulih dengan baik.
Keberhasilan transplantasi ini diharapkan dapat melonggarkan peraturan mengenai siapa saja yang dapat mendonasikan organ—saat ini, pengidap HIV dilarang menyumbangkan organ. Dengan begitu, akan semakin banyak organ-organ yang tersedia bagi orang-orang yang membutuhkan.
Operasi tersebut telah terjadi selama 5 tahun terakhir, namun baru diumumkan ke publik baru-baru ini. Tim dokter mentransplantasikan dua hati dari dua individu berbeda dan dua ginjal dari satu individu ke beberapa pasien positif HIV yang berada dalam daftar antrian penerima donor. Sebelumnya, transplantasi organ di antara pasien yang terinfeksi HIV dianggap beresiko, karena pendonor dan penerima mungkin saja memiliki titik infeksi berbeda.
“Kami sangat berhati-hati dalam mengevaluasi semua donor,” ujar Direktur Asosiasi Donasi dan Transplantasi Organ di NHS Blood and Transplant, John Forsythe kepada BBC.
“Dengan donor positif HIV yang potensial, kami juga perlu memahami seberapa baik HIV mereka diobati dan apakah donor memiliki infeksi atau penyakit lain yang berkaitan dengan tingkat HIV yang lebih tinggi. Ahli bedah akan menggunakan informasi ini untuk menyeimbangkan resiko menggunakan organ dari orang positif HIV dengan resiko kematian pasien mereka sambil menunggu organ lain tersedia,” tutur Forsythe.
Ini bukan kali pertama organ terinfeksi HIV digunakan dalam transplantasi. Operasi pertama sebenarnya dilakukan di Afrika Selatan pada 2008, meskipun tak dilaporkan hingga dua tahun kemudian. Di Amerika Serikat , ahli bedah di Johns Hopkins University berhasil melakukan transplantasi organ terinfeksi HIV berupa hati dan ginjal pada Maret lalu. Langkah besar ini membutuhkan waktu bertahun-tahun dalam upaya mengubah hukum agar mengizinkan orang positif HIV untuk mendonasikan organ.
Tentu saja, orang negatif HIV tidak akan menerima organ positif HIV. Namun, dengan diizinkannya donor organ dari orang positif HIV, diharapkan agar pasien positif HIV yang membutuhkan donor organ segera mendapatkannya dan membantu mengurangi jumlah antrian. Dengan kata lain, semakin banyak pasien yang butuh donor organ mendapatkan donor, semakin sedikit pula orang yang meninggal akibat terlalu lama menunggu donor organ yang tersedia. Di Inggris sendiri, tiga orang meninggal tiap harinya saat menunggu donor organ untuk transplantasi.
Tim dokter yang terlibat dalam operasi transplantasi tersebut menekankan kepada semua orang, terlepas dari kondisi kesehatan atau penyakit yang mungkin diderita, dengan mendaftar untuk mendonasikan organ dapat membantu menyelamatkan hidup seseorang.