Pada tahun 1907, arkeolog Inggris, Sir Marc Aurel Stein menemukan ribuan manuskrip di sebuah gua yang dijuluki “Gua Seribu Budha”, dekat Dunhuang, Cina Barat Laut. Sebelum waktu tersebut, gua ini telah tersegel sejak tahun 1000 Masehi. Dari sekian manuskrip, dia menemukan beberapa cetakan teks, salah satu yang terkenal adalah kitab Sutra Intan.
Kitab Sutra Intan terdiri dari tujuh strip kertas berwarna kuning yang dicetak dari blok kayu berukir, dan disisipkan bersama, sehingga membentuk sebuah gulungan dengan panjang lebih dari 5 meter.
Meski dituliskan dengan bahasa Cina—yang berarti merupakan salinan, cetakan ini menjadi salah satu karya paling penting bagi agama Budha, yang berasal dari India.
Baca juga: Menengok Komputer Pertama yang Dapat Dikendalikan
Dalam “Landmarks in Printing: Diamond Sutra” dituliskan, “Meskipun bukan contoh awal dari sebuah buku cetak, ini (Sutra Intan) adalah yang tertua yang kita punya berdasarkan tanggal (yang tertera).” Pada saat ditemukan, block-printing telah dipraktekkan di Timur Jauh selama lenih dari satu abad. Kualitas ilustrasi pada Sutra Intan menunjukkan bahwa penguki cetakan memiliki cukup pengalaman dan keterampilan.
Sutra Intan dibuat pada 868 Masehi. Hal ini diketahui dengan pasti lewat di akhir bagian kolofon, yang berbunyi, “Dengan penuh hormat (sebab harus) dibuat untuk distribusi universal oleh Wang Jie atas nama dua orang tuanya pada tanggal 13 bulan 4 tahun 9 Xiantong (11 Mei 868 Masehi).”
Tahun 1961, Perpustakaan Nasional Peking menuliskan Sutra Intan dicuri oleh orang Inggris bernama Ssu-t’an-yin (Stein). Kini, gulungan ini dipamerkan di Museum Inggris. Sedang cetakan digitalnya dapat diperoleh di Perpustakaan Inggris (Or.8210/P.2).
Tahun 1961, Perpustakaan Nasional Peking menuliskan Sutra Intan dicuri oleh orang Inggris bernama Ssu-t’an-yin (Stein)