Diagnosa Awal Penyebab Kematian Gajah Yani Terungkap

By , Jumat, 13 Mei 2016 | 07:00 WIB

Tim dokter hewan gabungan telah melakukan bedah bangkai (nekropsi) terhadap bangkai Yani, gajah Sumatera koleksi Kebun Binatang Bandung yang mati pada Rabu (11/5/2016) petang.

Butuh waktu sekitar dua jam untuk mengeluarkan organ vital Yani. Proses bedah bangkai dilakukan mulai pukul 09.00-11.00 WIB.

Kepala Balai Pengujian dan Penyidikan Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, Sri Mujiarti Ningsih menjelaskan, proses nekropsi dilakukan oleh sembilan dokter ditambah tiga paramedis.

Tim dokter, kata Sri, memeriksa sejumlah organ vital Yani seperti limpa, hati, dan paru-paru. Dari hasil diagnosa sementara, Yani mati karena terjangkit radang paru-paru.

"Kami menemukan beberapa perubahan pada organ vital. Untuk mengetahui diagnosa, kami masih tunggu uji lab. Organ yang berubah adalah paru-paru, limpa, sedikit perubahan pada organ hati. Ini semua masih diagnosa sementara, kemungkinan radang paru-paru," kata Sri di Kebun Binatang Bandung, Jalan Taman Sari, Kota Bandung, Kamis (12/5/2016).

(Baca juga: Selamat Jalan, Gajah Yani...)

Dari hasil pemeriksaan, pada organ dalam Yani terdapat sejumlah gejala radang paru-paru pada hewan besar seperti ada perubahan paru-paru, bintil di bagian limpa dan peradangan pada organ hati.

"Mungkin itu yang menyebabkan kematiannya. Karena sakitnya sejak bulan Maret, tapi robohnya seminggu lalu," ungkapnya.

Untuk memastikan apa penyebab kematian Yani, pihaknya masih harus menunggu uji laboratorium. Diagnosa penyakit Yani baru akan diketahui sekitar tiga bulan mendatang.

"Apa sih penyakitnya? Kami masih menunggu uji laboratorium dari Veteriner Subang, Balai Pengujian dan Penyidikan Penyakit Hewan Cikole dan kami merujuk juga dari laboratorium FKH IPB," tuturnya.

Dia menjelaskan, penyakit radang paru-paru disebabkan oleh bakteri yang diduga berasal dari kualitas pakan yang buruk.

"Apakah itu kesengajaan, kita tidak tahu. Tapi radang paru-paru itu karena bakteri, makanan kalau diperhatikan harus ada perbaikan. Tapi kita baru bisa memastikan buruk tidaknya kualitas pakan setelah uji lab," jelasnya.

(Baca juga: Kematian Gajah Yani Cerminkan Buruknya Tata Kelola Kebun Binatang Bandung)

Sementara itu, dokter Taman Safari Indonesia Yohana Tri Hastuti menjelaskan, penyakit radang paru-paru wajar terjadi pada hewan besar. Namun, kematian Yani patut diselidik lantaran usianya masih terbilang produktif.

"Umur gajah bisa 80 tahun, Yani belum tua 34 tahun, masih setengah umur. Kalau paru-paru umum terjadi di gajah, di hewan besar satwa liar. Tapi kita butuh waktu tiga bulan untuk tahu penyebabnya," kata dia.

Penyakit radang paru-paru, lanjut Yohana, mempunyai gejala awal batuk disertai dahak, berat badan menurun drastis.

"Jenis penyakit itu kalau tak tertangani ya mematikan. Organ pencernaannya bersih, dilihat dari kuantitas makanan cukup, tapi kita harus cari tahu apakah nutriennya cukup atau tidak," tandasnya.