Gajah Sakit hingga Mati, Ini Dalih Pengelola Kebun Binatang Bandung

By , Jumat, 13 Mei 2016 | 09:45 WIB

Yayasan Marga Satwa Taman Sari selaku pengelola Kebun Binatang Bandung mendapat kecaman dari sejumlah kalangan terkait buruknya manajemen konservasi satwa yang mengakibatkan seekor gajah betina bernama Yani mati. Salah satu yang menjadi sorotan adalah tak adanya tenaga medis untuk merawat satwa. Ironisnya kondisi tersebut telah berlangsung selama setahun.

Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat melayangkan teguran keras kepada pihak pengelola lantaran ada indikasi pembiaran dalam kasus kematian Yani. BBKSDA kecewa lantaran tak pernah mendapat kabar jika Yani mengalami gangguan kesehatan.

(Baca juga: Selamat Jalan, Gajah Yani...)

Ketua Yayasan Marga Satwa Kebun Binatang Bandung Dadang Danu Mihardja mengaku pihaknya telah menerjunkan dokter khusus untuk merawat Yani. Hal itu yang menjadi alasan pihak pengelola tak pernah berkoordinasi dengan BBKSDA.

"Sebetulnya Yani sedang ditangani oleh dokter khusus, kita berusaha tapi hasilnya kurang menggembirakan. Ini koreksi bagi kami," ucap Dadang di Kebun Binatang Bandung, Jalan Taman Sari, Kamis (12/5/2016).

(Baca juga: Kematian Gajah Yani Cerminkan Buruknya Tata Kelola Kebun Binatang Bandung)

Dadang pun berdalih, tidak adanya dokter hewan tetap selama setahun disebabkan para dokter sebelumnya mengundurkan diri. Dia mengaku, sudah setahun lebih pihaknya mencari dokter hewan namun tak kunjung dapat.

"Penyebab tak ada dokter karena mengundurkan diri, gak tahu dia mungkin gak betah. Sekarang kita sedang nyari, dokter yang bagus biar bisa menangani satwa yang sakit. Nyari dokter hewan kan gak gampang," kilahnya.

Dadang mengaku kematian Yani tak berhubungan dengan minimnya dana operasional pengelolaan Kebun Binatang Bandung.

(Baca juga: Diagnosa Awal Penyebab Kematian Gajah Yani Terungkap)

Kematian Yani, kata Dadang, menjadi koreksi bagi pihak pengelola Kebun Binatang Bandung. Dia berjanji, bakal memenuhi semua tuntutan pihak BBKSDA yan menginginkan adanya perbaikan menyeluruh.

"Kita akan lebih meningkatkan kehati-hatian kalau ada satwa sakit akan kita tangani. Kalau ada kesalahan dari keeper akan kita bina. Ini sebagai koreksi, sebagai lembaga konservasi kita akan memenuhi dan memahami keinginnan BBKSDA," jelasnya.