Pedofilia, penyakit kejiwaan orang dewasa yang tertarik secara seksual pada anak-anak, membahayakan anak-anak di seluruh dunia, meskipun hukum yang keras diberlakukan untuk menghukum si pelaku, dan metode tangguh lainnya yang mengekang perbuatan itu.
Sebagian besar kasus tidak dilaporkan, sehingga meninggalkan korban dengan trauma yang belum terselesaikan sepanjang sisa hidup mereka. (Baca : #NyalaUntukYuyun, Bentuk Solidaritas dan Upaya Melawan Kekerasan Seksual)
Stigma sering mencegah pedofil mencari bantuan. Dalam sebuah penelitian inovatif, para peneliti Swedia menguji obat yang mereka harapkan bisa mencegah dorongan pedofil yang mengarah pada kejahatan.
Pakar mengatakan, fantasi seksual yang melibatkan anak-anak adalah normal, dan kebanyakan orang dewasa tidak melakukan tindakan terhadap mereka. (Baca juga : Kata Ahli Kejiwaan, Pengidap Pedofilia Sulit Disembuhkan)
"Diperkirakan sekitar 5 persen dari penduduk dewasa entah bagaimana, membayangkan dan berfantasi yang melibatkan anak-anak dalam konteks seksual," ujarnya.
Cara mengatasi penyakit kejiwaan ini sebagian telah mengalami keberhasilan, yaitu dengan melibatkan bahan kimia dan operasi pengebirian, tetapi upaya itu juga banyak ditentang.
Para dokter di Institut Karolinska, Swedia kini menguji obat kanker prostat yang mereka harap akan membantu pria yang memiliki fantasi seksual pada anak-anak, dan dapat mengurangi dorongan melakukan kekerasan seksual.
"Tujuannya adalah, mengembangkan program pencegahan bagi pria dengan gangguan pedofilia, baik yang efektif maupun yang bisa ditoleransi, sehingga yang pertama, kami dapat mencegah terjadinya pelecehan seksual terhadap anak-anak," ujarnya.
Relawan direkrut melalui Preventell, di Swedia, sebuah “jalur bantuan untuk seks yang tidak dikehendaki”yang dikelola oleh Pusat Andrologi dan Pengobatan Seksual di Rumah Sakit Universitas Karolinska.
Seorang pasien pedofilia yang identitasnya disamarkan mengatakan: "Saya harap obat itu membantu saya mengalihkan pikiran saya dari hal-hal itu, untuk mengurangi pikiran-pikiran yang tidak saya inginkan, dan tentu saja saya harap obat ini juga akan berguna untuk orang lain.”
Hasil-hasil pertama tampak menjanjikan, tetapi terlalu awal untuk dinilai.
Pasien itu mengatakan: "Saya perhatikan, dorongan seksual saya telah mereda akhir-akhir ini, tapi saya tidak tahu apakah itu disebabkan obat." (Baca pula : Dua Perempuan India Ciptakan Celana Jin Anti Perkosaan)
Para dokter Swedia memantau pengaruh obat dengan pemindai otak dan menggabungkannya dengan penyuluhan (konseling) pasien. Mereka memperingatkan obat saja tidak akan menyembuhkan secara ajaib.