Penelitian terbaru menemukan bahwa orang yang menonton film porno lebih dari sekali dalam seminggu menjadi lebih religius dibandingkan orang yang hanya sesekali menonton film porno.
Hasil mengejutkan ini muncul di tengah-tengah penemuan lain yang lebih sesuai dengan pandangan tradisional tentang kaitan pornografi terhadap keengganan beribadah.
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan secara konsisten bahwa orang yang lebih religius cenderung menonton pornografi lebih jarang.
Samuel Perry, peneliti University of Oklahoma telah menganalisis data lebih dari 1.300 orang Amerika selama lebih dari enam tahun untuk menemukan bagaimana menonton pornografi dapat berdampak pada kepercayaan religius dari waktu ke waktu.
(Baca juga: Ingin Tahu Dampak Buruk Menonton Film Porno Bagi Otak Kita?)
Setelah mengendalikan faktor luar seperti usia dan jenis kelamin, penggunaan pornografi tetap dikaitkan dengan religiusitas yang rendah pada akhir penelitian, sampai tingkat konsumsi menjadi lebih sering dari sekali seminggu. Pada titik ini, religiusitas meningkat.
Temuan menunjukkan bahwa menonton pornografi dapat menyebabkan penurunan dalam beberapa dimensi religiusitas, tetapi pada tingkat yang lebih ekstrim sebenarnya dapat merangsang dan meningkatkan religiusitas seseorang.
“Mereka yang menonton pornografi dalam frekuensi tinggi terlihat lebih religius dari segi frekuensi beribadah dan kehadiran kegiatan agama dibandingkan mereka yang menonton pornografi di level biasa,” ujar Perry kepada The Independent.
(Baca juga: Negara Mana yang Terbanyak Mengakses Pornografi?)
Lebih lanjut, Perry menjelaskan, “Bagi orang beragama, menonton pornografi bertentangan dengan pandangan mereka tentang moralitas seksual. Ini adalah masalah moral yang besar bagi mereka, terutama ketika mereka melakukannya lebih konsisten.”
Perry berpendapat, orang yang lebih sering menonton film porno jadi lebih religius, karena merasa bersalah telah melanggar aturan agama mereka.
Pada awalnya menonton pornografi mungkin dapat menyebabkan mereka menjauhkan diri dari kegiatan keagamaan. Tetapi saat frekuensi menonton pornografi meningkat, orang dapat menemukan cara untuk merasionalisasi perilaku mereka, atau bahkan beralih ke agama untuk mencoba dan mengatasi perilaku yang membuat mereka merasa bersalah.
(Baca juga: Menjelajah Candi-Candi Seks di India)
“Peningkatan frekuensi beribadah dan kehadiran di acara keagamaan merupakan kompensasi untuk perasaan bersalah karena telah menonton pornografi,” tutur Perry.
Menurut Dr. Jeff Louge, konselor dan asisten profesor di Universitas Kristen Sagu, 47 persen dari orang-orang Kristen mengatakan pornografi adalah masalah utama di rumah. Banyak aturan agama lain, termasuk Islam, melarang pornografi bagi pemeluknya. Jika penelitian ini benar, bagaimanapun, menonton pornografi dalam frekuensi tinggi mungkin membuat orang-orang justru menjadi lebih mendekatkan diri kepada Tuhan mereka alih-alih menjauhkan diri.