"Bau Laut" Ternyata Bantu Kurangi Dampak Perubahan Iklim

By , Kamis, 19 Mei 2016 | 08:00 WIB

Para ilmuwan menemukan bagaimana “bau laut” yang diproduksi oleh mikroorganisme laut memegang peranan penting dalam melawan perubahan iklim.

Mikroba tersebut saangaat kecil, sehingga sekitar setengah juta individu itu dapat ditemukan hanya dalam satu sendok teh air laut.

Jumlah mereka juga sangat banyak. Mikroba yang merupakan salah satu jenis makhluk hidup yang paling berlimpah ini memiliki dampak signifikan terhadap iklim Bumi.

Dalam jurnal penelitian Nature Microbiology, ilmuwan dari Inggris, Amerika Serikat dan Tiongkok mengatakan bahwa mikroba yang bernama Pelagibacterales ini menghasilkan sejumlah besar dua jenis gas belerang.

“Semua orang tahu gas ini melalui baunya,” ujar Steve Giovannoni, profesor mikrobiologi di Oregon State University yang tergabung dalam tim peneliti.

“Salah satu senyawa ini, dimetilsulfida atau DMS, kita kenal sebagai bau laut,” lanjutnya.

Gas lainnya, methanethiol, sering kita kira sebagai gas yang bocor dari pipa saluran gas. Di atmosfer, DMS mengoksidasi asam sulfat. Beberapa ilmuwan berpendapat bahwa asam sulfat dapat membantu pembentukan awan sehingga mengurangi pemanasan Bumi.

Awan diyakini memiliki peran signifikan dalam iklim Bumi karena dapat memantulkan sinar Matahari. Sementara itu, mereka juga berperan sebagai ‘selimut’, menjaga planet tetap hangat, mereka juga memiliki efek pendinginan secara keseluruhan.  Terdapat kontroversi di antara beberapa ilmuwan, bahwa membuat awan buatan dapat membantu mengurangi pemanasan global.

Jonathan Todd, Doktor dari East Anglia University yang juga ambil bagian dalam penelitian, mengatakan bahwa mereka telah mengidentifikasi gen yang terlibat produksi gas.

“Kami mempelajari dari tingkat genetik molekuler untuk menemukan bagaimana persisnya mikroba menghasilkan DMS yang dikenal untuk merangsang pembentukan awan,” ujarnya.

Todd menuturkan, Gas DMS yang dihasilkan mungkin berperan dalam mengatur iklim dengan meningkatkan jumlah awan yang pada gilirannya dapat mengurangi jumlah sinar matahari ke permukaan Bumi.

Anggota tim yang lain, Dr Emily Fowler, menambahkan, “Menariknya, c ara Pelagibacterales ,menghasilkan DMS adalah melalui enzim yang sebelumnya tak diketahui, dan kami menemukan enzim yang sama juga ada di spesies bakteri laut yang jumlahnya melimpah.”

“Kita seringkali meremehkan kontribusi mikroba untuk memproduksi gas penting ini,” katanya.

Penelitian ini menunjukkan bahwa Pelagibacterales mungkin merupakan komponen penting dalam stabilitas iklim. “Jika kita akan meningkatkan model bagaimana DMS menjaga stabilitas iklim, kita harus mempertimbangkan organisme ini sebagai kontributor utama,” pungkas Fowler.