Di Belanda, Penjara Kosong Jadi Rumah Bagi Pengungsi

By , Sabtu, 21 Mei 2016 | 13:00 WIB

Tingkat kejahatan dan populasi penjara di Belanda yang terus menurun selama bertahun-tahun, membuat puluhan penjara ditutup.

Ketika jumlah migran mulai meningkat—lebih dari 50.000 migran memasuki Belanda tahun lalu—Badan Pusat Penerimaan Pencari Suaka (COA) memiliki solusi. Lembaga tersebut membuka kembali penjara kosong untuk mengakomodasi masuknya migran yang mencari suaka.

Fotografer Muhammed Muheisen, dua kali juara Pulitzer Prize dan kepala fotografer Associated Press untuk Timur Tengah, telah mengabdikan beberapa tahun terakhir untuk memotret krisis pengungsi sebagai orang yang pindah lintas benua.

“Pertanyaan yang selalu hinggap dalam benak saya adalah, Apa yang terjadi selanjutnya?" kata Muheisen. "Perjalanan tidak berhenti saat mereka memasuki sebuah negara."

"Jika suatu negara tidak memiliki tahanan untuk dimasukkan ke dalam penjara, itu berarti ini adalah negara paling aman yang ingin saya tinggali."

Musim gugur yang lalu, Muheisen mulai mendengar rumor tentang penggunaan kembali lembaga pemasyarakatan untuk menampung pengungsi. "Saya tidak benar-benar mengerti," katanya. "Saya pikir mereka akan merasa seperti berada di penjara."

Butuh enam bulan untuk mendapatkan izin memotret di dalam penjara. Akhirnya, Muheisen menghabiskan 40 hari mengunjungi tiga fasilitas yang berbeda, untuk mengenal warga dan memotret kehidupan mereka.

"Kita bicara tentang puluhan negara," katanya. "Puluhan. Seluruh dunia berada di bawah kubah ini. "

Pengungsi—yang akan tinggal di bekas lembaga pemasyarakatan selama setidaknya enam bulan sambil menunggu untuk diberi status suaka—bebas untuk datang dan pergi sesuka mereka.

Muheisen mengatakan bahwa beberapa dari mereka telah menjalin persahabatan dengan tetangga mereka yang warga Belanda.

Pengungsi tidak diizinkan untuk bekerja, tetapi mereka berlatih berbicara bahasa Belanda dan belajar naik sepeda (keduanya merupakan keterampilan yang sangat penting untuk kehidupan di Belanda).

Fakta bahwa mereka melakukannya di dalam penjara tidak mengganggu sebagian besar pengungsi.

Muheisen mengatakan ketika ia bertanya apa yang mereka pikir tentang penempatan tersebut, respon umumnya adalah, "Kami di sini di bawah atap, di tempat penampungan, dan kami merasa aman."

Seorang pengungsi Suriah berkata kepada Muheisen bahwa hidup di penjara memberinya harapan untuk masa depannya. "Jika suatu negara tidak memiliki tahanan untuk dimasukkan ke dalam penjara," katanya, "itu berarti ini adalah negara paling aman yang ingin saya tinggali."