Pertama kalinya dalam 60 tahun terakhir, Gunung Sourabaya meletus dengan pertunjukan spektakuler dari lava yang berapi-api. Gunung itu meletus dua kali berturut-turut. Tidak ada manusia yang melihat letusan itu langsung, mengingat tak ada yang hidup di pulau terpencil di Samudera Atlantik Selatan tersebut.
(Baca : Everest Bukan Gunung Tertinggi di Dunia)
NASA melaporkan bahwa satelitnya telah menangkap gambar letusan yang terjadi pada 24 April dan 1 Mei 2016. Letusan gunung berapi di tempat-tempat yang sangat jauh seperti Atlantik Selatan, terjadi tanpa diketahui. Dengan adanya satelit dan pemantauan seismik telah memberikan para ilmuwan wawasan baru terkait peristiwa vulkanik di seluruh dunia
"Hari ini, para ilmuwan dapat mengambil tanda dari peristiwa yang terjadi jauh dari pengamatan manusia," kata perwakilan NASA Earth Observatory dalam sebuah pernyataan.
Itulah yang terjadi ketika Gunung Sourabaya meletus. Gunung berapi ini terletak di Bristol Island, salah satu pulau terbesar di Kepulauan Sandwich Selatan. Kepulauan ini terletak sekitar 1.725 mil (2.776 kilometer) tenggara dari Buenos Aires, Argentina.
Gunung Sourabaya adalah gunung berapi strato dengan tinggi 3.600-kaki (1.100 meter). Sebuah gunung berapi kerucut yang terbuat dari material vulkanik, termasuk lava dan abu. Gunung Sourabaya biasanya tertutup es glasial dan salju. Inilah mengapa tidak ada kehidupan di sana.
(Baca pula : Arjuna, Pusat Situs Purbakala Baru di Jatim)
Setiap gambar menunjukkan bagian terpanas dari gunung berapi dengan noda merah dan oranye terang, menunjukkan sesuatu yang mungkin lahar panas. Warna putih menunjukkan debu, dan warna biru-hijau terang menunjukkan lapisan es di gunung berapi.
Menurut NASA, Gunung Sourabaya terakhir kali meletus pada tahun 1956, dan merupakan salah satu gunung berapi paling dipelajari di dunia.