Dapatkah Musik Memengaruhi Kecerdasan Anak?

By , Selasa, 31 Mei 2016 | 10:30 WIB

Anak-anak yang bermain biola atau studi piano bisa belajar lebih dari sekedar Mozart. Peneliti di Universitas Vermont telah menemukan bahwa pelatihan musik juga dapat membantu anak-anak memusatkan perhatian, mengontrol emosi dan mengurangi kecemasan mereka. Penelitian mereka diterbitkan dalam Journal of American Academy of Child & Adolescent Psychiatry.

Penelitian dilakukan oleh James Hudziak, MD, selaku profesor psikiatri di Vermont dan rekannya Matthew Albaugh, Ph.D., serta assisten penelitian Eileen Crehan. Mereka mengklaim penelitian ini sebagai penyelidikan terbesar untuk mencari hubungan antara memainkan alat musik dengan perkembangan otak.

Penelitian lanjutan Hudziak ini bekerjasama dengan National Institutes of Health Magnetic Resonance Imaging (MRI) Bidang Pembangunan Otak Normal. Berdasarkan database dari Institusi ini, tim menganalisis hasil pemindaian otak dari 232 anak-anak usia 6 sampai 18 tahun.

Dengan bertambahnya usia anak, korteks—lapisan luar otak—mengalami perubahan dalam ketebalan. Dalam analisis data MRI sebelumnya, Hudziak dan timnya menemukan bahwa korteks mengalamai penebalan atau penipisan di daerah tertentu. Hal ini mencerminkan terjadinya kecemasan dan depresi, masalah perhatian, agresi ,dan masalah pengendalian perilaku.

Hal itu berlaku bagi semua anak, termasuk anak yang tidak mempunyai diagnosis gangguan atau penyakit mental. Dengan penelitian ini, Hudziak ingin melihat apakah kegiatan positif, seperti pelatihan musik, akan mempengaruhi indikator yang terdapat di korteks.

Para peneliti menemukan bukti yang mereka harapkan. Bermain musik dapat mengubah area motorik otak, karena kegiatan ini membutuhkan kontrol dan koordinasi gerakan. "Bahkan, musik dapat memengaruhi perubahan komponen yang  mengatur area otak. Misalnya, berlatih musik memengaruhi ketebalan di bagian korteks yang berhubungan dengan fungsi eksekutif, termasuk kerja memori, kontrol emosi, serta mengorganisasi dan perencanaan untuk masa depan," kata para tim peneliti.

Latar belakang musik seorang anak juga berhubungan dengan ketebalan korteks. Temuan Hudziak memperkuat hipotesis bahwa biola mungkin membantu memerangi gangguan psikologis, bahkan lebih baik daripada sebotol pil. 

Pendekatan seperti ini mungkin sulit untuk dicapai. Penelitian dari Departemen Pendidikan Amerika, menunjukkan bahwa tiga perempat dari siswa SMA Amerika, jarang, bahkan tidak pernah mengambil pelajaran ekstrakurikuler musik atau seni. Berdasarkan statistik tersebut perlu digaris bawahi bahwa betapa pentingnya menemukan cara baru dan inovatif untuk membuat musik berada di sekitar anak-anak.