Kita dilarang memandang langsung ke arah Matahari, sebab tindakan tersebut berbahaya bagi mata. Untuk itulah, ilmuwan menggunakan pesawat antariksa Solar Dynamics Observatory (SDO) milik NASA untuk memantau dan mempelajari cuaca di luar angkasa, memantau perubahan angin Matahari yang seringkali menyembur dan terkadang membawa medan magnet yang dapat mengganggu komunikasi atau satelit di sekitar Bumi.
Pertengahan bulan ini, SDO berhasil menangkap citra Matahari yang menunjukkan area gelap berukuran raksasa di bagian atas bintang, yang disebut lubang koronal. Lubang koronal merupakan area di atmosfer Matahari dengan kepadatan rendah, yang disebut korona.
Karena mengandung sedikit material Matahari, area ini memiliki suhu yang lebih rendah dan tampak lebih gelap dibanding sekelilingnya. Lubang koronal terlihat dalam beberapa jenis sinar ultraviolet ekstrim, yang biasanya tak terlihat oleh mata kita. Karena itulah, gambar ini diberi warna ungu agar dapat dilihat dengan mudah.
“Keberadaan lubang koronal ini sangat penting untuk memahami lingkungan sekitar Bumi yang sering dilalui oleh peralatan teknologi dan astronaut kita,” tulis peneliti NASA dalam rilisnya.
Lubang koronal merupakan sumber angin partikel surya berkecepatan tinggi yang memancar sekitar tiga kali lebih cepat dibandingkan area lain di permukaan Matahari.
Meskipun belum jelas bagaimana lubang koronal terbentuk, lubang ini terkait dengan area di Matahari yang menyemburkan medan magnet ke segala arah tanpa membuatnya berbalik ke permukaan, seperti yang terjadi di tempat lain di permukaan Matahari.