Bagi Anda pecinta olahraga selam dan penikmat keindahan bawah laut, siapkan waktu dan bujet untuk mengunjungi destinasi lokal yang luar biasa, Morotai. Kabupaten di timur Indonesia ini menawarkan pengalaman diving yang berbeda dari biasanya.
(Baca : September ke Morotai, Ada Festival Jejak Perang Dunia II)
Dikenal sebagai medan markas tentara sekutu pada era Perang Dunia II, Morotai memang memiliki nilai sejarah yang tinggi. Tak hanya di darat, bahkan di laut, Morotai menyimpan sejarah yang dapat Anda telusuri kembali.
"Bagi saya diving di wreck (bangkai kapal dan pesawat) seperti terlempar kembali ke masa lalu. Saat saya menemukan dan melihat bangkai kapal dan pesawat di dasar lautan saya bisa membayangkan bagaimana situasi saat itu, ketika para crew kapal atau pilot pesawat mengalami situasi kritis, kapal atau pesawat mereka akan tenggelam atau jatuh ke laut. Keasyikan lain adalah ketika saya berusaha mencari tahu jenis atau tipe apakah bangkai kapal atau pesawat tersebut," ungkap Edy Prasetyo, penyelam khusus dokumentasi bawah laut kepada KompasTravel temui di sela-sela Ekspedisi Saireri bersama WWF Indonesia awal Juni 2016.
Edy menjelaskan jika Morotai adalah salah satu lokasi favorit untuk menyelam wreck, sebab pulau bekas pangkalan militer sekutu yang memiliki tujuh landasan pesawat ini, menjadi tempat konsolidasi pasukan sekutu sebelum menyerang Jepang.
"Ada lebih dari 3.000 pesawat tempur, bomber, angkut, dan intai. Saking banyaknya pesawat yang tidak terpakai teronggok di sekitar landasan dan sebagian lagi dibuang ke laut," cerita Edy yang juga sekaligus produser dari program televisi dokumenter "Seribu Meter".
Saat sekutu akhirnya berhasil merebut Filipina dan menjadikannya markas baru, Morotai ditinggalkan. Terjadilah aksi penjarahan. Alhasil menurut Edy sebagaian besar sisa alat perang dipreteli dan diangkut ke pabrik peleburan besi.
"Penduduk mengais sisa pesawat untuk dijadikan kerajinan emas putih, perkakas dapur, dan senjata tajam. Hingga akhirnya sisa pesawat dan peralatan perang habis dari daratan Morotai, hanya ada beberapa tank pendarat yang tersisa dan itupun jauh di pelosok dalam hutan," ujar Edy.
Sudah habis didarat, penjarahan beralih ke laut. Bangkai pesawat dan peralatan perang di dasar laut lama kelamaan semakin langka dan hanya tersisa beberapa saja. (Baca pula : Morotai Menuju Destinasi Wisata Kelas Dunia)
"Beberapa tahun lalu saat saya menyelam untuk mengidentifikasi bangkai pesawat mulai sari kedalaman 10 meter saya menemukan peluru-peluru aktif, bayonet, mobil wilis, truk-truk, dan ceceran peralatan perang lainnya. Hingga kedalaman mencapai 45 meter, saya menemukan pesawat yang saling menumpul dan di kedalaman 60-70 meter juga terdapat beberapa pesawat yang seolah terparkir," ungkap Edy.
Letak bangkai pesawat yang dalam, menurut Edy membuat bangkai kapal dan pesawat relatif aman dari aksi penjarahan dan menjadi daya tarik penyelam. Namun satu hal yang harus Anda perhatikan jika ingin menyelamwreck, Edy mengingatkan diperlukan lisensi dan keahlian khusus demi faktor keamanan.