Peneliti Ciptakan Lava Buatan

By , Minggu, 26 Juni 2016 | 12:00 WIB

Batuan cair dan air dapat menjadi kombinasi yang eksplosif. Itulah mengapa, para ilmuwan mencoba mempelajarinya. (Baca : Tiap Musim Panas Air Danau di Oregon Tersedot Lubang Misterius)

Ketika batuan cair bercampur dengan air, ia dapat menunjukkan respon aneh dan tak terduga, bahkan hal-hal berbahaya. Ahli geologi dari Universitas Buffalo mencari pemahaman lebih baik dari interaksi tersebut. Mereka berhasil menyempurnakan resep mereka dalam menciptakan lava.

Lava buatan manusia hampir sama memesonanya dengan lava yang nyata.

Pembuatan lava oleh universitas ini merupakan salah satu yang terbesar di dunia. Setiap batch menempatkan 10 galon batu basaltik dalam tungku bertenaga tinggi, pemanasan dengan suhu 2.500 derajat Fahrenheit. Setelah proses ini disempurnakan, kemungkinan di musim panas ini, peneliti akan mulai mengekspos batuan cair tersebut dengan air.

Alison Graettinger, peneliti geologi di universitas Buffalo mengatakan bahwa studi sebelumnya pernah dilakukan oleh Universität Würzburg di Jerman. Mereka menggunakan sejumlah kecil dari lava buatan manusia, hanya seukuran satu cangkir kopi.

"Sebelumnya, tidak ada yang melakukannya pada skala ini, dan interaksi lava dan air ini belum dipahami dengan baik," kata Graettinger dalam sebuah pernyataan.

"Kadang-kadang ketika air dan lava bertemu, lava akan muncul sepenuhnya mengabaikan air. Kadang-kadang, lava akan mendingin dan membentuk pola retak khas, atau bentuk-bentuk yang menarik seperti bantal lava. Dan kadang-kadang, reaksi yang keras. Mengapa?"

Penelitian, yang didanai oleh National Science Foundation, sedang dilakukan di sebuah stasiun lapangan di Ashford, New York. (Baca pula : Danau Lava di Hawai Muntahkan Telur Naga ?)

Menurut pemimpin proyek ini, Ingo Sonder, seorang ilmuwan penelitian di Pusat Studi Geohazard Universitas Buffalo, peristiwa ledakan besar memang tidak sering terjadi, tetapi ini membuktikan bahwa interaksi lava dan air dapat menimbulkan ancaman serius. Pada tahun 2010, misalnya, letusan di gunung berapi Eyjafjallajökull di Islandia berubah menjadi ledakan eksplosif setelah magma meleleh pada sejumlah besar es.

"Sebagai ahli geologi, kami ingin memahami kondisi apa yang menghasilkan ledakan? berapa banyak air yang Anda butuhkan? Berapa lama?" kata Sonder.

Pada dasarnya, percobaan lava ini jauh lebih rumit daripada eksperimen baking soda dan cuka.