Keuntungan ekonomi menjadi salah satu alasan mengapa vaksin palsu beredar luas. Hal tersebut terjadi bukan dipicu lantaran tak adanya vaksin di lapangan.
Sejumlah hal perlu dicermati sebagai bentuk waspada kita sebagai masyarakat dalam menghadapi peredaran vaksin palsu ini. Terlebih lagi bagi para orang tua yang melakukan imunisasi bagi anak-anak balitanya.
Ada beberapa hal yang mampu membedakan vaksin palsu dan vaksin asli dalam kegiatan imunisasi anak. Dalam sejumlah keterangan yang diberikan Hidayat Taufiqurahman, tersangka kasus vaksin palsu, vaksin asli dan palsu memiliki perbedaan yang cukup signifikan.
Pada vaksin asli, cairan yang dimiliki tidak begitu bening jika dibandingkan dengan vaksin palsu. Vaksin asli memiliki warna yang keruh.
Jika dilihat dari segi kemasan, vaksin palsu memiliki bekas congkelan yang disebabkan oleh suntikan jarum. Lain halnya dengan kemasan vaksin asli yang bersih dari bekas congkelan tersebut.
HT pun mengakui bahwa salah satu pembeda antara vaksin asli dan palsu terletak pada barcode yang tertera di kemasan. “Biasanya bisa dilihat pembedanya juga dari barcode. Kalau vaksin asli buatan pabrik dan vaksin palsu pasti beda,” terangnya.
Distribusi vaksi palsu ini menyasar pada klinik-klinik swasta kecil yang belum tergabung dalam Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS). Dinas Kesehatan DKI Jakarta menekanan kembali kepada warganya untuk tidak secara bebas membeli vaksin.
“Warga tak bisa membeli vaksin secara bebas, tetapi dapat memperoleh vaksin lewat dinas kesehatan atau puskesmas,” jelas Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Koesmedi Priharto.