"Deep Skull" Menuliskan Kembali Sejarah Evolusi Manusia

By , Selasa, 4 Oktober 2016 | 18:00 WIB

Para arkeolog menyebutnya sebagai ‘Hell Trench’ atau parit neraka di barat Gua Niah, Borneo. Pada 1958, mereka menemukan fosil manusia modern di tempat itu, seorang lelaki berusia 33.000 tahun. Berdasarkan temuan itu mereka menduga bahwa Homo Sapiens berasal dari Homo Neanderthalensis di Eropa.

Temuan yang dinamai ‘Deep Skull’ ini mengejutkan dunia ilmu pengetahuan. Pasalnya, temuan itu diketahui milik manusia yang lebih tua dari yang sebelumnya ditemukan. Apakah benar bahwa manusia modern hidup bersamaan dengan Neanderthals? Saat ini, banyak yang berpikir bahwa manusia memiliki hubungan dengan manusia Australia asli. Namun, studi baru yang dipaparkan dalam jurnal Frontiers in Ecology and Evolution tidak setuju.

Setelah membandingkan kerumitan Deep Skull dengan tulang-tulang dari populasi yang berbeda di sekitar daerah tersebut, dapat disimpulkan bahwa tulang-tulang itu berasal dari kelompok orang-orang yang datang dari populasi asli Borneo itu sendiri.

Informasi baru menunjukkan bahwa populasi pertama manusia yang datang ke Borneo telah menetap secara konsisten untuk ribuan tahun. “Analisis kami telah menjungkirbalikkan pandangan tentang sejarah awal dari daerah ini,” ujar Darren Curnoe, peneliti dari Universitas New South Wales, Australia.

“Pemikiran Brothwell telah berpengaruh namun sebagian besar belum teruji, jadi kami ingin melihat setelah enam dekade kebenaran tentang mereka,” kata Curnoe.

Kembali ke 1960, antropolog Inggris terkemuka Don Brothwell menyimpulkan bahwa Deep Skull berasal dari remaja lelaki yang menggambarkan kelompok leluhur manusia, atau yang memiliki hubungan terdekat dengan manusia Australia asli, seperti Tasmanians. Para peneliti tidak hanya menyatakan bahwa kesimpulan tersebut tidak sah, tetapi mereka juga menolak bahwa tulang itu berasal dari remaja laki-laki. Mereka meyakini mungkin tulang tersebut milik seorang wanita tua.

Deep Skull telah menjadi potongan kunci yang membuktikan hipotesis migrasi. Dalam skenarionya, Asia Tenggara diperkirakan didiami oleh manusia asli Australia dan New Guinea, sebelum akhirnya digantikan oleh petani dari Cina Selatan.

“Pemikiran Brothwell telah berpengaruh namun sebagian besar belum teruji, jadi kami ingin melihat setelah enam dekade kebenaran tentang mereka,” kata Curnoe.

Analisis baru ini tidak hanya menunjukkan bahwa masuknya manusia Australia ke Borneo lebih fiksi ketimbang fakta, tetapi juga mengimplikasikan genetik manusia Borneo asli tidak tergantikan oleh migrasi petani yang menyebarkan teknik pertanian sekitar 3.000 tahun yang lalu. Mereka lebih terlihat mengadopsi teknik tersebut.