Seniman dengan Disabilitas Menjelajahi Sebuah Arti Feminitas

By , Kamis, 7 Juli 2016 | 19:00 WIB

Seniman yang ikut dalam Pameran galeri LAND  “Designing Women” memiliki pendirian yang sama, memberikan penghormatan terhadap wanita secara nyata maupun imajinasi, dari budaya pop hingga kehidupan sehari-hari, dan lain-lainnya, dengan cara yang kreatif seperti yang mereka konstruksi.

Galeri LAND (League Artist Natural Design) yang berada di Brooklyn merupakan sebuah studi dan galeri nonprofit, dimana mereka bekerja bersama dengan seniman-seniman dewasa disabilitas untuk mendukung kemampuan mereka lewat seni. Seniman dan kurator Matthew Bede Murphy yang  mendirikan galeri ini pada tahun 2003, dan membukanya pada tahun 2005, mencoba membawanya pada ibukota dunia artistik.

 “Visi sejak sangat pertama kali dimulai, adalah ingin memberikan para seniman kali sebuah wadah untuk berbagi karya mereka pada dunia,” jelas Murphy. “Lewat seni, kita bisa mengatasi semua hal-hal utama yang anda butuhkan untuk dipelajari dalam hidup—bagaimana merasa nyaman dengan  apa yang anda buat, berbicara mengenai apa yang anda buat, membagi apa yang anda lakukan pada dunia, mengindentifikasi posisimu di dunia lewat karya seni. Kamu mencoba untuk membangun sebuah arena untuk berkarya”

LAND bekerja dengan 16 seniman pada waktu tertentu, dan selalu memiliki daftar tunggu yang panjang. Galeri ini memeroleh sumbang dari Medicaid dan seniman harus memiliki diagnosa disabilitias perkembangan dan memenuhi persyaratan negara. Yang paling penting, mereka harus menjadi seniman yang setia, yang serius pada karya mereka, siap berpartisipasi untuk terus bergerak dan aktif, sepanjang hari, setiap hari. Anggota staf LAND akan memeriksa portofolio seniman yang potensial dan memastikan bahwa meskipun seniman tidak mampu bekerja secara mandiri di luar, namun mereka mampu menahan tekanan dan tertarik untuk bekerja di sebuah galeri umum yang kedatangan sedikit pengunjung dan perhatian publik.

!break!

 “Yang utama disini pertama adalah seni, orang-orang,” kata Murphy. “Seni adalah pengobatan alami dan proses untuk belajar bekerja dalam komunitas diatur semua untuk memberdayakan seniman kita dan menunjukan identitas diri mereka.”

LAND mounts around six exhibitions a year, most of which are group shows loosely focused on a single theme. Sometimes the LAND curators and staff conceive of a theme beforehand, other times it manifests almost naturally from a particular artist or group of artists’ work. “We just open our eyes and see the work moving in a certain direction, and dream up something where it all kind of fits,” Murphy said. Past shows include “Land of Metal,” which stemmed from artist Michael Pellew’s heavy metal obsession, as well as “Space Invaders,” which included artists fixated on visions of outer space, science fiction, 1980s TV shows and video games. 

LAND biasa mengadakan sekitar enam pameran dalam setahun, dan kebanyakan kelompok fokus pada satu tema.Terkadang kurator LAND dan staf memikirkan sejumlah tema, di lain waktu semua secara alami dikerjakan sendiri oleh seniman atau kelompok seniman. “Kami hanya membuka mata dan melihat pekerjaan itu sesuai dengan petunjuk, dan mengharapkan sesuatu disana kelihatan pas,” kata Murphy.

Konsep dari  “Designing Women” berdasarkan karya dari seniman Byron Smith, yang menggunakan pensil untuk menggambarkan wanita dengan grafis drama dan adorasi rumit.

Ketika pertama kali Smith datang ke LAND, koordinator galeri Sophia Cosmadopoulus mengatakan pada The Huffington Post, karyanya tak jauh dari gambar gorila yang sedang memegang bola basket dan sepatu. Smith bekerja di galeri sehari dalam seminggu, dan sedikit berbicara. Normalnya ia menjawab pertanyaan dengan satu kata.

Setelah melewati dua tahun, selama masa tinggalnya di LAND, karya Smith tumbuh lebih kompleks seiring ia mengasah estetikanya. Ia menjadi asyik menggambar apa yang ia sebut sebagai model –wanita yang ada di majalah atau internet.

!break!

 “Designing Women” turut bekerja sama dengan seniman LAND lainnya, Nicole Appel yang membutuhkan delapan bulan untuk menyelesaikan gambarnya. Untuk sebagian besar karyanya, Appel  fokus pada spesifik orang yang ada dalam hidupnya, mengkonstruksii kembali persona mereka dan mengumpulan pengaruh serta ketertarikan mereka. Beberapa karyanya seperti “Burgers and Heels” yang merupakan potret teman masa kecilnya, Deborah.  “Foodie adn a Fashionista” yang mendeskripsikan ayahnya.

Seniman lainnya adalah Kenya Hanley yang secara umum lebih suka menggambar makanan, reggae, dan bayi pada karya seninya. Ketika ia mempelajari tema dari “Designing Women”, Hanley mulai mencoba menggambar musisi reggae, Lady Saw dan Tanya Stephens.

 “Hal menarik yang saya temui dari para senima disini adalah mereka memiliki prespektif yang unik,” kata Cosmadopoulos. “Seniman seperti Kenya tetap pada pandangannya yang sangat spesefik sambil tetap melekat pada temanya. Pada kenyataannya adalah banyak dari seniman kami di LAND, mereka tetap konsisten. Anda masuk tetap bisa mengetahui siapa yang membuat karya tersebut”

Kualitas estetika menyatukan seluruh seniman yang ada di LAND. Cosmadopoulos berpikir tentang satu hal: “Saya pikir yang menarik adalah bagaiman di sana begitu banyak pengulangan dan bersambung dalam populasi ini. Banyak seniman kami yang melakukan hal itu”

!break!

Dalam “Designing Women”, seniman LAND mengekspresikan keunikan bahasa visual yang mereka miliki, bagaimana wanita mengekspresikan diri mereka. Melihat representasi dinamisme kewanitaan lewat pameran tersebut. Semua orang akan mengindentifikasi wanita sebagai seorang seniman. Mereka berpakaian di pagi hari sebagai sebuah prestasi dan keberanian. Atau mungkin anda tidak melihatnya. Namun yang pasti, seniman yang berpartisipasi dalam pameran ini untuk memberikan penghargaan sejarah, budaya pop, dan kehidupan sehari-hari dengan karya seni yang inovatif serta mampu mengexpresikan diri mereka.