Panut Hadisiswoyo berjuang untuk hutan Sumatra dan orangutannya selama 15 tahun terakhir. Dia merupakan pendiri sekaligus direktur lembaga konservasi Yayasan Orangutan Sumatra Lestari (Orangutan Information Centre). Putra Jawa kelahiran Sumatra ini pernah menerima penghargaan Whitley Award pada 2015 dan baru-baru ini menerima penghargaan sebagai Emerging Explorer National Geographic pada 16 Juni 2016.
Mengapa Anda begitu berempati dengan orangutan?
Saya punya kenangan tak terlupakan dengan orangutan. Di sebuah kamp di hutan, saya pernah bertemu dengan seekor orangutan betina. Jarak di antara kami sekitar sepuluh meter. Kontak mata terjadi di antara kami. Orangutan itu seolah ingin mengatakan “kami butuh pertolongan.” Saat itulah, saya jatuh cinta pada pandangan pertama kepada orangutan.
Apa yang membuat Anda tergerak untuk menyelamatkan orangutan sumatra dan habitatnya?
Jika ingin menyelamatkan orangutan, selamatkan dulu hutannya. Sebab orangutan merupakan satwa langka yang sangat bergantung pada hutan. Salah satu habitat orangutan di Sumatra ialah Ekosistem Leuser. Melihat begitu parahnya kerusakan hutan di sana, saya merasa perlu ada orang asli Sumatra yang peduli melakukan sesuatu untuk menyelamatkan orangutan dan habitatnya, terutama di Ekosistem Leuser.
Bagaimana harapan Anda tentang masa depan orangutan?
Saya berharap ada lebih banyak orang Indonesia yang meneliti orangutan. Orangutan merupakan satwa asli Indonesia yang sangat istimewa. Mereka cerdas, perilaku dan kehidupan sosialnya menarik, bahkan, 96,4 persen genetiknya mirip manusia. Bagi saya, orangutan merupakan makhluk paling cantik di dunia!