Peneliti Kembangkan Atlas Global Polusi Cahaya

By , Kamis, 21 Juli 2016 | 18:00 WIB

"Saya harap atlas ini akan membuka mata orang-orang mengenai polusi cahaya," ujar Dr. Fabio Falchi, peneliti dari Light Pollution Science and Technology di Italia.

"Sebuah atlas baru menunjukkan sebuah dokumentasi sebuah negara di malam hari, seperti kita berdiri di sebuah titil puncak transisi seluruh dunia dengan teknologi LED," tambahnya.

"Jika pertimbangan cermat diberikan pada warna LED dan tingkat cahaya, transisi ini akan menunjukkan bahwa penurunan kecemerlangan objek di langit malam berkurang hingga 2-3 kali lipat."

Menurut atlas itu, Bima Sakti tersembunyi dari lebih sepertiga umat manusia, termasuk hampir 80 persen orang Amerika Utara dan 60 persen orang Eropa.

Selain itu , 23 persen dari permukaan tanah di dunia antara 75 ° N dan 60 ° S, 88 persen Eropa, dan hampir setengah dari Amerika Serikat mengalami malam dengan polusi cahaya yang tinggi.

"Kita memiliki generasi di Amerika Serikat yang tidak pernah melihat Bima Sakti sebelumnya. Itu adalah bagian besar dari koneksi kita pada semesta, dan hal itu terlah hilang," ujar Dr. Chris Elvidge dari NOAA's National Centers for Enviromental Information.

"Warga di India dan Jerman adalah yang paling mungkin melihat Bima Sakti dari rumah mereka, begitu juga Saudi Arabia dan Korea Selatan," ujar para ilmuwan.

Polusi cahaya yang paling luas terdapat pada negara seperti Singapura, Italia,  sementara Kanada dan Australia memiliki langit yang paling gelap.

Sejumlah daerah di Eropa Barat memiliki area yang langit malamnya memungkinkan untuk melihat Bima Sakti seperti Skotlandia, Swedia, dan Norwegia.

Meskipun daerah barat Amerika memiliki banyak ruang terbuka yang luas, hampir setengah dari Amerika Serikat mengalami malam yang memiliki polusi cahaya.

"Di Amerika, beberapa taman nasional kita melakukan perlindungan terakhir dari kegelapan, seperti Yellowstone dan gurun barat daya," jelas Dan Duriscoe dari National Park Service.

"Kami beruntung memiliki banyak lahan publik yang menyediakan buffer di kota-kota besar."

Tahun 2001, Dr. Falchi adalah bagian dari tim peneliti yang menghasilkan atlas yang sama.

Atlas baru mengambil keuntungan dari pencitraan cahaya rendah  satelit NOAA/NASA Suomi National Polar yang dikalibrasikan datanya menggunakan 'Sky Quality Metes' di 20,865 lokasi di seluruh dunia.