Bagaimana Kotoran Manusia dalam Ekspedisi Jalur Sutera Sebarkan Wabah Penyakit?

By , Minggu, 24 Juli 2016 | 11:00 WIB

Sutra, teh, dan bumbu bukanlah satu-satunya benda-benda yang dibawa oleh para penjelajah dalam Ekspedisi Jalur Sutera Cina. Kotoran penjelajah menunjukkan bahwa infeksi penyakit pun ikut bersama dalam perjalanan ekspedisi tersebut, berdasarkan sebuah penelitian baru.

Para peneliti menemukan feces (kotoran manusia) berusia 2000 tahun dari sebuah kakus dalam Jalur Sutera di derah barat laut Cina. Dalam kotoran itu ditemukan cacing hati Cina, cacing parasit yang biasanya ditemukan 930 mil jauhnya, berdasarkan penelitian.

Peneliti menunjukkan bahwa para penjelajah tersebut terinfeksi parasit dalam perjalanan jarak jauh mereka ini. "Ini adalah bukti awal penyebaran infeksi penyakit sepanjang Jalur Sutera, dan pertama kali ditemukannya bukti situs arkeologi yang ada sepanjang Jalur Sutera itu sendiri," ujar Piers Mitchell, palepantropologis University of Cambridge.

Para peneliti menemukan kotoran pada "tongkat higenis"yang terbuat dari kayu atau bambu dengan kain yang melilitnya, yang digunakan orang-orang tersebut untuk membersihkan pantat mereka.

Di bawah mikroskop. peneliti melakukan pengetesan pada sisa-sisa kotoran pada tujuh tongkat tersebut, dan hasulnya menunjukkan bahwa tongkat tersebut memiliki tanda-tanda adanya parasit kuno.

Mereka menemukan telur-telur dari empat spesies cacing parasit berbeda pada kotoran tersebut. Termasuk telur cacing pita Cina, parasit yang menyebabkan diare, penyakit kuning, hingga kanker hati.

Namun, cacing pita cina hidup di daerah yang basah agar dapat melengkapi perputaran hidup mereka, dan para peneliti menemukan telur-telur di bagian timur Tamrin Basin, wilayah gurun Taklamakan.

Para peneliti mencatat bahwa tidak ada cara untuk cacing pita Cina datang dari area seperti itu. Spesies seperti itu biasanya ada di daerah Provinsi Guangdong, yang jaraknya sekitar 1,240 mil dari lokasi tersebut.

"Saat pertama kali aku melihat cacing pita Cina lewat mikroskop, saya tahu bahwa kita telah menemukan hal penting," ujar kepala penelitian Hui-Yuan Yeh dari University of Cambridge.

Sementara dalam penelitian sebelumnya, peneliti menunjukan bahwa para penjelajah Jalur Sutera itu membawa beragam penyakit seperti pes, anthrax, dan kusta.

Sebagai contohnya, Cina dan Eropa sama-sama terkena penyebaran penyakit pes, namun wabah tersebuth dapat tersebar antara Cina dan Eropa lewat India ke daerah selatan, atau lewat Mongolia dan Rusia ke utara, jelas peneliti. Di lain kata, tidak ada bukti yang menunjukkan wabah tersebut menyebar sepanjang Jalur Sutera.

Telur-telur parasit itu ditemukan di sebuah situs bernama Xuanquanzhi, Provinsi Gansu, barat daya Cina, yang telah ada antara 111 SM hingga 109 M.

Parasit lain di temukan dalam kotoran kuno ini - cacing gelang, cacing cambuk, cacing pita - menunjukan bahwa para penjelajah itu telah makan makanan yang telah terkontaminasi kotoran manusia, mungkin lewat pupuk, atau juga makan babi setengah matang.