Menteri Pariwisata Arief Yahya boleh tersenyum bangga. Wonderful Indonesia kembali menorehkan prestasi emas dalam PATA Gold Awards 2016. Tiga awards bergengsi berhasil disabet, yaitu Marketing - Primary Government Destination, Heritage and Culture – Culture, dan Travel Journalism - Travel Photograph. Informasi itu dilansir oleh PATA, asosiasi pariwisata Asia Pasifik yang bermarkas di Bangkok, Thailand melalui https://www.pata.org/pata-announces-2016-grand-and-gold-award-winners/.
“Award ini memiliki 3 makna, yang sering saya sebut sebagia 3C. Yakni menaikkan confidence sebagai bangsa, mengangkat credibility sebagai negara, dan berfungsi sebagai calibration untuk memotret seberapa hebat Wonderful Indonesia itu? Sudah sampai di mana jika dilihat dari kacamata global standart? Ternyata kita terus bisa bersaing,” ucap Menpar Arief Yahya.
Pengumuman PATA Gold Award 2016 itu dilakukan di Bangkok sudah sejak Kamis, 21 Juli 2016 lalu. Perhelatan yang didukung langsung oleh Dinas Pariwisata Pemerintah Macau (MGTO) dinilai dari 26 organisasi dan individu yang kategorinya terpisah. Event ini adalah salah satu ajang yang punya kredibilitas kuat dan diakui oleh industri pariwisata di dunia. PATA sendiri sudah berdiri sejak 1951, sebagai asosiasi nirlaba yang eksis diakui dunia menjadi katalisator bagi pengembangan travel dan turisme yang bertanggungjawab.
Keanggotaan PATA terdiri dari 95 badan turisme pemerintah, negara dan kota, 29 perusahaan penerbangan internasional, bandara dan jalur pelayaran, 63 institusi pendidikan,dan ratusan perusahaan industri travel. Sedangkan presentasi dan penyerahan penghargaan PATA Gold Awards akan dilaksanakan bersamaan dengan penyelenggaraan PATA Travel Mart 2016 di Indonesia Convention Exhibition (ICE), Tangerang, Jumat, 9 September 2016.
Di PATA Gold Awards, PATA memberikan 4 Grand Awards dan 29 Gold Awards. Ke-4 Grand Awards itu mencakup empat kategori: Pemasaran, Pendidikan dan Pelatihan, Lingkungan, dan Pusaka dan Budaya. Sukses Indonesia meraih 3 Gold Awards tahun ini bisa dijadikan tolok ukur keberhasilan branding Wonderful Indonesia dalam pentas kompetisi pariwisata dunia.
Negara tetangga, Malaysia juga mendapatkan 2 Gold Awards, Singapura mendapatkan 1 Grand Award dan 1 Gold Award, sedangkan Thailand memborong 1 Grand Award dan 5 Gold Award.
Dalam PATA Gold Awards 2016, Wonderful Indonesia mendapatkan apresiasi untuk program “Gerhana Matahari Total – GMT (Total Solar Eclipse)” yang berhasil memenangkan penghargaan kategori Marketing - Primary Government Destination. Kementerian Pariwisata RI dinilai berhasil melihat potensi turisme yang besar dalam peristiwa alam yang terjadi pada 9 Maret 2016. “Kala itu, kami menggunakan istilah Destinasi Waktu!,” jelas Menpar yang dipercaya Presiden Joko Widodo di Kabinet Kerja ini.
Mengapa disebut “Destinasi Waktu?” “Karena orang dari seluruh penjuru dunia mengejar waktu 2-3 menit saja, saat GMT itu terjadi. Dari terang, gelap, terang lagi, di siang bolong. Itu peristiwa dunia yang langka, 350 tahun sekali, dan lokasinya juga belum tentu dapat daratan. "Yang kita promosikan adalah 2-4 menit yang paling bermakna di dunia! Hanya ada di 12 kota di Indonesia. Maka orang berbondong-bondong ke 12 titik itu sehingga tiket pesawat dan penginapan penuh di mana-mana,” jelas Arief.
Berbagai cara dilakukan Kemenpar kala itu, untuk kampanye GMT. Media nasional maupun internasional, astronom, fotografer, videographer semua dikerahkan untuk mengabadikan dan menjadi saksi sejarah langka itu. Kampanye juga dengan mengadakan kompetisi fotografi, video serta penulisan Gerhana Matahari Total. “Show music dan pentas kesenian juga mewarnai titik-titik strategis GMT ,” kata dia.
Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Mancanegara Kementerian Pariwisata (Kemenpar) I Gde Pitana mengatakan, PATA Gold Awards 2016 itu penting bagi branding Wonderful Indonesia. Dia mengaku menerapkan strategi ‘jemput-bola’, tahun 2016 Indonesia berhasil meningkatkan raihan penghargaan dibanding tahun 2015 yang hanya mendapatkan 1 Gold Awards.
Menpar Arief Yahya menyebut, ke depan wajib berusaha meraih awards lebih banyak dari berbagai ajang pariwisata tingkat regional maupun tingkat global, seperti ITB Berlin, UNWTO, WTM, dan ajang pariwisata lainnya. "Kemenangan itu direncanakan!" tegas Arief Yahya.
Untuk mampu memenangkan berbagai penghargaan bergengsi di bidang pariwisata, mesti ada upaya sistematis, terstruktur, terukur, dan terkendali untuk meraih kemenangan yang diinginkan. “Istilahnya kalibrasi (calibration). Kalau mengikuti kriteria yang berstandar internasional, yang sudah teruji dan terbukti di destinasi kelas dunia, itu sudah pasti baik. Otomatis, objek wisata kita juga available dengan wisman yang sudah berpengalaman internasional juga, kata dia.
Selain itu, penghargaan juga membuat kita semakin confidence, percaya diri, bahwa kualitas layanan dan atraksi yang dimiliki tidak kalah dari negara lain. Melihat potensi pariwisata Indonesia, memang tidak boleh merasa rendah diri apalagi merasa rendah. Kata Arief, award juga mendongkrak kredibilitas kita di dunia internasional. Apalagi award itu diperoleh dengan cara-cara yang fair, betul-betul karena kualitas, dan dikeluarkan oleh lembaga yang kredibel.
Arief bertekad bahwa Indonesia harus menjadi leader, pemimpin di regional ASEAN dan menuju ke global. Penghargaan dari ASEANTA dan UN-WTO itu adalah bukti bahwa jika serius, tidak ada yang tidak bisa. Mengejar award, dengan segala kriteria itu, secara otomatis akan mendekatkan diri pada standar dunia. Ada 14 pilar yang kita pakai sebagai acuan, yang juga dijadikan alat ukur competitiveness index oleh World Economic Forum (WEF). Jadi, sekali merengkuh dayung dua tiga pulau terlampaui. Membangun destinasi dengan standar dunia, membuat objek wisata semakin bagus, bisa dikompetisikan di tingkat dunia dan berpotensi menang.
Arief menargetkan untuk menemukan destinasi baru yang akan diformat menjadi calon-calon jawara. "Sekaligus ajang kompetisi yang fair. Kita punya banyak potensi kok?" sebutnya. Menpar menyebut 10 destinasi unggulan yang akan menjadi 10 "Bali baru". Dari Toba, Tanjung Kelayang Belitung, Tanjung Lesung Banten, Pulau Seribu Jakarta, Borobudur Jawa Tengah, Bromo Jawa Timur, Mandalika Lombok, Labuan Bajo NTT, Wakatobi Sultra dan Morotai Maltara.
Pengamat ekonomi yang juga founder MarkPlus Hermawan Kertajaya memperkuat pernyataan Arief Yahya itu. Hermawan menjelaskan, Brand Equity kuat, maka ada beberapa benefit. Indonesia akan makin masuk Consideration Set para turis yang mau milih destinasi. Terutama bagi yang belum punya awareness tinggi terhadap Indonesia.
Lalu, lanjut dia, Country Brand Association Indonesia akan menjadi makin tajam sesuai dengan kategori awards yg diperoleh. Hermawan juga mengungkapkan Ini sangat penting untuk masuk dalam segmen yang pas dengan kategori yang bersangkutan. ”Di sinilah, pentingnya memperkuat dan mempertajam branding Wonderful Indonesia di semua lini, termasuk memenangi persaingan di awarding,” sebutnya.
Apa lagi? Hermawan mengungkapkan bahwa menguatkan keyakinan customer dalam bentuk guarantee pada customer yang tercermin pada price differentiation. “Dengan begitu, dampaknya bukan hanya pada jumlah turis dan kunjungan yang akan datang, tapi juga spending-nya ketika berada di Indonesia,” kata dia.Dengan begitu, para penerima penghargaan itu berhak memaksimalkan apa yang telah mereka capai dalam melakukan promosi dan publikasi. Tentu, promosi itu harus diiringi dengan prestasi yang dipertahankan. Dan, kita senantiasa belajar dari kesalahan.
”The PATA Gold Awards 2016 jatuh kepada pemenang yang melakukan terobosan berbagai cara baru yang kreatif dan yang efektif dalam memajukan industri pariwisata saat mengikuti prinsip-prinsip berkelanjutan, dalam kontribusi yang berharga untuk menginspirasi praktek yang baik dalam industri pariwisata di Asia-Pasifik," ujar Direktur Kantor Pariwisata Pemerintah Macau, Nona Maria Helena de Senna Fernandes, seperti dikutip dari situs resmi PATA.
CEO PATA Mario Hardy menambahkan, atas nama PATA, pihaknya juga ingin mengucapkan selamat kepada peraih Gold Award dan mengucapkan terima kasih kepada semua peserta tahun ini untuk pengajuan mereka. ”Pemenang tahun ini menunjukkan nilai-nilai dalam bekerja menuju industri perjalanan dan pariwisata yang lebih bertanggung jawab di wilayah Asia Pasifik,” kata Mario.