Dari Sini, Konflik Manusia dan Harimau Sumatra Terus Tumbuh

By , Sabtu, 30 Juli 2016 | 19:00 WIB

Indonesia telah kehilangan dua jenis harimaunya pada tahun 1960-an, yaitu Harimau Jawa dan Harimau Bali yang benar-benar telah dinyatakan punah. Hal tersebut akibat dari aktivitas perburuan zaman kolonial

Harimau yang tersisa kini hanya Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) yang habitat aslinya ada di Pulau Sumatera. Namun kondisi populasi harimau tersebut semakin hari kian memperihatinkan.

Kematian manusia akibat dimangsa oleh harimau seringkali jadi alasan dasar terjadinya konflik antara manusia dengan harimau. Dan hal itu terus berlangsung hingga saat ini.

Tindakan manusia yang mengancam populasi harimau tak hanya perburuan. Kini masalah lain muncul terkait hilangnya habitat asli para harimau yang tak terkendali.

Sunarto, Species Specialist WWF-Indonesia pernah mengatakan bahwa laju perkembangan hutan industri, terutama perkebunan kelapa sawit menjadi salah satu penyebab hilangnya hutan alami di Sumatera.

"Kurang dari 25 tahun, lebih dari 12 juta hektare hutan hilang. Bahkan kawasan yang dilindungi pun tak aman lagi," ujarnya.

Konflik harimau Sumatera dengan masyarakat dalam kondisi yang mengkhawatirkan. Jika tidak diambil tindakan untuk dapat menyelesaikan konflik ini akan membawa dampak buruk bagi kedua belah pihak.

Kekesalan dan rasa frustasi warga berujung pada penangkapan serta pembunuhan pada harimau-harimau tersebut. Pertumbuhan konflik yang terjadi berawal dari pengerusakan hutan habitat yang dilakukan oleh perusahaan, dan hal itu akan semakin mengkhawatirkan.

"Kami ingin hutan itu dikembalikan lagi. Hutan itu adalah rumah mereka. Kami tahu harimau itu tidak akan ke desa kalau hutan mereka ada. Kami tidak ingin berkonflik. Tapi kini hutan dihancurkan perusahaan dan kami jadi korbannya," ujar Pak De, warga desa Jumrah, yang anak perempuannya tewas karena diterkam harimau akhir tahun 2010 lalu, pada Greenpeace.