Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengeluarkan data populasi Harimau Sumatera yang kini hanya tersisa 371 ekor. Data tersebut berdasarkan penelitian di alam liar yang dikeluarkan tahun 2016 ini.
Namun bagaimana cara yang dilakukan untuk mendapatkan hasil penelitian atas jumlah Harimau Sumatera yang menurun? Metode dan peralatan apa yang digunakan untuk dapat mengetahui jumlah populasi dari satwa tersebut?
Sunarto, spesialis spesies dari WWF Indonesia menjelaskan bahwa penelitian yang dilakukan di alam liar untuk mengetahui populasi Harimau Sumatera menggunakan kamera perangkap (camera trap).
"Metode standar yang saat ini kita gunakan adalah camera trap. Makanya tadi kita (WWF) dapat donasi 6 camera trap," ujarnya setelah berlangsunnya Konferensi Pers Global Tiger Day 2016 di Atrium Senayan City, Jumat (29/07/2016).
Lewat camera trap, metode tersebut akan membantu penghitungan populasi Harimau Sumatera di hutan. Tak hanya itu, penggunaan camera trap akan membantu untuk mempelajari sifat-sifat, interaksinya dengan spesies lain, dan perilaku satwa tersebut di alam liar.
"Dengan camera trap itu, ada metode yang namanya capture-recapture. Nanti dari situ bisa diestimasi berapa populasi harimau yang ada di satu wilayah," jelas Sunarto.
Dalam penempatan kamera, dibutuhkan kerja yang sistematis. Hal tersebut yang menyebabkan jumlah kamera harus lebih dari dua. Menurut Sunarto sendiri, penempatan kamera yang ideal adalah di seluruh area habitat harimau itu sendiri.