Ima Matul Maisaroh, Berjuang Melawan <i>Human Trafficking</i> Hingga ke Gedung Putih

By Dok Grid, Senin, 1 Agustus 2016 | 12:00 WIB

Namanya baru-baru ini santer diberitakan berbagai media di Indonesa. Ima Matul Maisaroh, seorang perempuan asal Malang, Indonesia berkesempatan berorasi dalam konvensi Partai Demokrat baru-baru ini.

(Baca : Stop Kekerasan Anak dan Perempuan dengan Gerakan Kerakyatan)

Ima merupakan aktivis pembela korban human trafficking. Dalam pidatonya, ia menyerukan bahwa perdagangan manusia nyata adanya, bukan terjadi di tempat yang jauh saja, namun kerap terjadi di lingkungan sekitar.

“Perdagangan manusia tidak hanya terjadi di luar Amerika. Hal ini juga terjadi di halaman belakang rumah kita," tegas Ima dalam orasinya.

Ima mendedikasikan hidupnya sebagai aktivis perlawanan terhadap perdagangan manusia bukan tanpa alasan. Ia pernah mengalami langsung, menjadi korban perdagangan manusia. Ima yang berasal dari desa Gondanglegi, Malang, Jawa Timur ini datang ke Los Angeles pada tahun 1997 mengikuti ajakan bekerja.

Ima dijanjikan segala kebutuhan dan biaya selama di LA, bahkan pekerjaan dengan gaji US$150 per bulan. tetap, kenyataannya ia justru dipekerjakan sebagai pembantu rumah tangga. dengan jam kerja lebih dari 12 jam sehari. Ima mencoba memprotes, namun justru ia disiksa. Tiga tahun lamanya ia hidup menderita, pada akhirnya ia berhasil melarikan diri dengan bantuan pembantu tetangganya.

Berbekal pengalamannya, Ima kini mendedikasikan dirinya untuk Coalition to Abolish Slavery & Trafficking (CAST), lembaga swadaya masyarakat yang membantunya setelah melarikan diri tahun 2000.

Berkat usaha dan dedikasinya, Ima diangkat sebagai salah satu dari 11 anggota gugus tugas untuk memantau dan memberantas perdagangan manusia di Amerika dan dunia atau “The President’s Interagency Task Force to Monitor and Combat Trafficking in Persons (PITF)”.  Prioritas tugas tim ini adalah memperkuat aturan hukum, memberi saran mengenai pendanaan layanan bagi korban, mencegah perdagangan manusia dan meningkatkan kesadaran masyarakat.

(Baca pula : Berkat Sebuah SMS, 15 Korban Perdagangan Manusia Selamat)

Indonesia menduduki peringkat “Tier-2”, sebagai sumber dan tempat transit perdagangan manusia. Korban diperkirakan mencapai 6,2 juta orang, terutama perempuan. Angka tersebut belum keseluruhan, mengingat banyaknya jumlah orang yang melakukan perjalanan lewat laut untuk menghindari pemeriksaan imigrasi resmi, yang dapat menambah jumlah korban perdagangan.