Limbah Ampas Kopi Terbukti Turunkan Pencemaran Logam Berat Pada Air

By , Selasa, 2 Agustus 2016 | 12:00 WIB

Ampas kopi merupakan limbah yang seringkali dibuang dan tidak bernilai guna. Namun melalui penelitian lima mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat, Jurusan Kesehatan Lingkungan, Universitas Jember (FKM UNEJ), limbah ampas kopi menjadi bahan yang berguna untuk menyerap racun dalam air, khususnya logam berat Cadmium (Cd). Logam jenis ini dapat memicu banyak penyakit pada masyarakat.

Menurut Anita Dewi Moelyaningrum, dosen pembimbing di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember, limbah industri dan limbah rumah tangga yang belum dikelola dengan baik, sering menjadi penyebab pencemaran lingkungan khususnya pada air tanah. Tiga unsur logam berat yaitu timah hitam, Merkuri dan Cadmium, sering ditemukan pada air tanah atau sumur yang tercemar logam berat akibat limbah industri dan rumah tangga.

Selama ini, limbah yang masuk ke tempat pembuangan akhir (TPA) tidak dipilah antara yang organik dan anorganik. Limbah baterai, limbah plastik kemasan, limbah medis ada yang keluar ke TPA, selain itu limbah kemasan pestisida juga kadang-kadang masih bercampur di satu lokasi di tempat pembuangan akhir sampah.

"Ketika hujan, dengan bantuan proses alam, maka berbagai macam logam berat itu bisa keluar, mengalir melalui air tanah kemudian bisa masuk ke dalam sumur,” kata Anita.

Pemanfaatan limbah ampas kopi yang banyak dibuang masyarakat penikmat kopi di Jember, menjadi bahan penelitian dan uji coba tim mahasiswa Universitas Jember untuk menemukan model pengelolaan lingkungan berbasis limbah organik.

Puput Baryatik, salah seorang mahasiswa yang melakukan penelitian mengatakan, hasil pemrosesan limbah ampas kopi terbukti mampu menurunkan kadar Cadmium dalam air yang tercemar logam berat hingga lebih dari 50 persen.

“Jember sendiri merupakan salah satu sentra budidaya kopi robusta terbesar di Jawa Timur. Dari hasil penelitian diperoleh penurunan kadar Cadmium sebesar 55,75 persen dengan konsentrasi arang aktif ampas kopi sebesar 10 gram per liter,” jelas Puput yang juga menjabat sebagai Ketua Kelompok Mahasiswa Peneliti.

Anita menambahkan, daya serap ampas kopi dapat menjadi lebih optimal setelah diubah ke bentuk arang aktif.

“Supaya bisa daya serapnya ini lebih optimal, maka diubah unsurnya ke bentuk arang, jadi diarangkan kemudian diaktifkan dengan HCl, kemudian dinetralkan lagi, baru kemudian dipaparkan dengan air yang mengandung cemaran logam berat cadmium,” jelas Anita.

Puput berharap, hasil penelitian yang dilakukan mahasiswa Universitas Jember ini dapat membantu masyarakat, khususnya yang tinggal di sekitar tempat pembuangan akhir (TPA) sampah maupun daerah yang airnya sudah tercemar, agar dapat memanfaatkan limbah ampas kopi untuk memperbaiki kualitas air tanah di sekitar tempat tinggal mereka.

“Cadmium ini merupakan logam berat yang bersifat toksin bagi tubuh. Dapat menyerang syaraf, dapat menyebabkan kelainan janin, selain itu dapat menyebabkan gangguan ginjal, jantung dan hati, yang nantinya dapat menyebabkan kematian,” pungkasnya.