Kini Pemakaman Kota Jadi Surga Bagi Satwa Liar dari Hutan Belantara

By , Rabu, 3 Agustus 2016 | 17:00 WIB

Hubungan Mereka dengan Kematian

Stanley Gehrt, profesor di Ohio State University, menenelusuri jejak coyote yang beradaptasi di area perkotaan seperti Chigago. Ia mengatakan bahwa penelitian terbaru mencoba mengilustrasikan budaya dan manajemen permakaman, yang ternyata mampu mendukung konservasi kehidupan alam liar.

Area permakaman orang Yahudi di Chigago juga memiliki lingkungan yang bagus untuk perkembangan kehidupan alam liar, menurut Gehrt. Tren budaya yang ada di makam menyatu, yang membuat pengurus atau penjaga makam sulit untuk mencapainya. Penuhnya nisan memberikan perlindungan bagi coyote dan rubah untuk bersembunyi di siang hari, ketika orang-orang berada di sekitar sana.

Menurut Gehrt, pemakaman memberikan hewan-hewan tersebut lahan untuk menetap.

Kowarik berpendapat, dalam kasus Weissensee, pohon-pohon tua dan liar mampu memberikan pijakan bagi burung-burung yang hendak melintasi area atau bahkan menetap di sana.

Para peneliti pun menemukan 44 jenis spesies burung dalam pemakaman.

Kaya Akan Budaya

Ketika mencoba menyusuri jejak coyote dengan GPS, Gehrt menemukan bahwa makam itu menjadi sumber lain bagi kehidupan alam liar. Orang-orang Korea dan Karibia terkadang meninggalkan sedikit makanan sebagai atribut dari ritual kematian. Dari data yang ada, menunjukkan bahwa coyote berasumsi makanan itu dikirimkan untuk mereka.

"Ia mendapat makanan korea setidaknya seminggu sekali, ujar Gehrt. "Itu merupakan pengaruh dari budaya yang unik di pemakaman."

Kowarik mengatakan bahwa pemakaman era Victoria lama di London, dan pemakaman Protestan di Polandia, yang didominasi Katolik, lebih terlihat sebagai pelabuhan tak biasa bagi hewan dan vegetasi yang ada di sana.

Kowarik sendiri mengungkapkan bahwa apa yang tak terjaga di pemakaman Wissensee tidak hanya mengenai rumah bagi kehidupan satwa liar, namun juga sebuah pesan yang kuat.

"Anda memiliki gambaran bahwa Anda berada di dunia yang berbeda," ujarnya. "Ini adalah rasa dari jejak-jejak sejarah yang ada."