Atmosfer Io Runtuh Tiap Kali Gerhana Jupiter Terjadi

By , Kamis, 4 Agustus 2016 | 19:00 WIB

Io, salah satu bulan Jupiter, merupakan tempat yang suram, dengan atmosfer beracun, dataran es beku dan gunung-gunung berapi terbanyak di Tata Surya.

Io semakin tampak menyedihkan ketika para ilmuwan akhirnya mengetahui bahwa atmosfer Io runtuh tiap kali bayangan si raksasa merah Jupiter  menutupinya saat gerhana.

Atmosfer Io menghilang ketika gerhana terjadi, sebab penyusun utama atmosfer yang berupa gas sulfur dioksida (SO2), runtuh karena SO2 membeku sebagai es di permukaan tatkala Io berada dalam bayangan Jupiter. Atmosfer kemudian kembali muncul jika es mulai terkena panas dan menyublim ketika bulan mulai bergerak dari kegelapan gerhana menuju tempat yang disinari cahaya Matahari.

Data menunjukkan bahwa atmosfer Io mulai runtuh ketika suhu turun dari -235 derajat Fahrenheit menjadi -270 derajat Fahrenheit selama gerhana. Adapun gerhana di Io terjadi selama dua jam dalam sehari (1,7 hari Bumi).

“Penemuan ini menegaskan bahwa atmosfer Io selalu konstan runtuh dan muncul kembali, serta menunjukkan bahwa sebagian besar atmosfer tersusun oleh es SO2 yang menyublim,” kata John Spencer, penulis kedua studi.

Dalam penelitian ini, ilmuwan menggunakan teleskop Gemini North di Hawaii dan instrumen yang disebut Texas Echelon Cross Echelle Spectrograph (TEXES). Penelitian berlangsung selama lebih dari dua malam pada November 2013, ketika Io berjarak 675 juta kilometer dari Bumi.

Sebenarnya, para astronom telah lama menduga bahwa atmosfer Io menipis ketika bayangan Jupiter melewatinya setiap hari, tetapi tidak ada penelitian langsung yang membuktikan hal tersebut benar-benar terjadi.

“Penelitian ini merupakan kali pertama para ilmuwan mengamati fenomena luar biasa tersebut secara langsung, sehingga meningkatkan pemahaman kita tentang bulan yang aktif secara geologi ini,” ujar Constantine Tsang, ilmuwan di Southwest Research Institute in Boulder, Colorado.

Io merupakan objek yang paling aktif secara vulkanik di Tata Surya. Gunung-gunung berapi terbentuk akibat pemanasan pasang surut, hasil gaya gravitasi Jupiter dan bulan-bulan lainnya. Kekuatan ini mengakibatkan aktivitas geologi; gunung-gunung berapi menyemburkan bulu-bulu gas sulfur dioksida yang seperti payung, hingga mencapai sekitar 480 kilometer di atas Io dan dapat menghasilkan jalur lava luas yang dapat mengalir hingga ratusan kilometer.