Tanduk-tanduk Aneh di Kerajaan Hewan Afrika

By , Senin, 8 Agustus 2016 | 16:00 WIB

Don Moore, direktur kebun bintanga Oregon di Portland menjelaskan bahwa tanduk akan berkembang sesuai kebutuhan para hewan. Tanduk diperlukan sebagai senjata, pertahanan dalam melawan rival.

Tanduk pada awalnya digunakan untuk menyerang dan menghantam tubuh lawan, tetapi menjadi lebih besar dan lebih rumit jika hewan menargetkan benturan ke kepala. Strategi ini menyebabkan beberapa hewan, seperti kijang untuk bergulat lebih dahulu, sedangkan yang lain, seperti domba, langsung menyeruduk lawan mereka.

(Baca : Mamalia Kuno Bertanduk Tiga dari Penggalian di Spanyol)

Moore menambahkan bahwa tanduk juga dapat menjadi alat komunikasi, menandakan kekuatan yang besar. Misalnya, mengidentifikasi pejantan yang dominan di antara kawanan, sehingga pendatang baru dapat menghindari pertempuran dengan sang pejantan dominan ini dari risiko cedera.

Bentuk yang Berbahaya

Tanduk para pejantan juga dapat menarik perhatian betina dalam mencari pasangan terkuat. Walaupun dalam spesies hewan berkuku, para betinanya juga memiliki tanduk. Patrick Bergin, chief executive officer dari Afrika Wildlife Foundation mengatakan Bongo (Sejenis Antelop) adalah salah satu contohnya.

Spesies dengan betina bertanduk biasanya berjumlah besar dan hidup di alam terbuka. Ini membuat mereka sulit untuk menyamarkan diri dan cenderung mendorong terjadinya evolusi persenjataan mereka. Menurut suatu studi di tahun 2009, mereka termasuk dalam spesies yang seringkali mengalami perkelahian antar betinanya dalam satu wilayah.

Bergin menambahkan, bahwa beragamnya ekologi Afrika secara khusus mempertahankan berbagai macam hewan berkuku dengan banyak tanduk yang berbeda. Mulai dari antelop ukuran kelinci, Dik-dik, dengan tanduk tiga inci (delapan sentimeter), atau rusa raksasa dengan tanduk melengkung bisa mencapai hampir empat kaki (lebih dari satu meter).

(Baca pula : Arkeolog Inggris Berhasil Identifikasi Fosil Dinosaurus Herbivora Bertanduk)

Tidak jelas apakah tanduk  membantu hewan di Afrika dalam habitatnya, namun ilmuwan memiliki beberapa petunjuk. Nyala (jenis lain dari Antelop) misalnya, dapat memutar tanduknya. Sedangkan, tanduk merah kerbau hutan yang lebih kecil dan lebih ketat membuat mereka bergerak melalui hutan dengan mudah.

Antelop saiga di region Torgay di Kazakhstan.Fauna ini berhasil kembali ke alam liar. (Klaus Nigge/National Geographic News)

Berbeda dengan kasus kerbau Cape, yang gaya hidup padang rumputnya memungkinkan tanduk untuk melengkung. Tanduk kadang-kadang tumbuh begitu besar, melebur di tengah, menciptakan satu piring yang solid besar tanduk yang disebut boss. Bergin menambahkan jika tanduk ini cukup kuat untuk pertahanan, bahkan dalam perkelahian dengan singa.

Beberapa tanduk mengandung informasi yang bermanfaat. Walia Ibex (Kambing dari Afrika) dan Alpine Ibex (Kambing dari Eropa) memiliki panjang tanduk hingga tiga kaki (hampir satu meter). Tanduk yang melingkar tersebut mengungkapkan usia mereka.

Tanduk berbeda dari antler (bukan tanduk sejati), karena mereka menyatu dengan tengkorak, dan tertutup oleh keratin, bahan yang sama membentuk kuku kita. Antler tumbuh tiap tahunnya.  Ketika antler berkembang sepenuhnya, "tanduk tak sejati" itu akan mati dan terlepas dari kepala rusa. Rusa lalu menumbuhkan "tanduk" yang baru.