Terapi belatung merupakan hal yang baru dalam dunia kesehatan. Namun nyatanya terapi ini telah dilakukan selama 100 tahun, ujar Dr. Ronald Sherman, direktur BioTherapeutics, Education and Research Foundation di Irvine, Kalifornia.
Terapi dilakukan dengan menggunakan bayi lalat atau larva lalat yang diletakan pada luka. Dalam operasi medis yang dilakukan militer, untuk pertama kalinya mereka menemukan bahwa belatung mampu menyembuhkan luka pada para tentara.
Luka akan lebih cepat sembuh jika lalat meletakan telurnya pada luka mereka. Tahun 1928, fisikawan John Hopkisn mengembangkan cara untuk mengkultivasi tingkat medis dari belatung dan melepaskan kuman dalam tubuh mereka sebelum digunakan dalam praktek medis.
Tahun 2004, FDA mengeluarkan izin yang memungkinkan belatung untuk dikomersialisasikan untuk kebutuhan penggunaan medis, terutama dalam menyembuhkan luka yang butuh penyembuhan lama.
Luka tersebut disebabkan karena unsur diabetes. Mereka juga mampu digunakan untuk menyembuhkan luka kronis yang membusuk pada kaki, akibat dari operasi maupun luka bakar akut.
Terapi belatung dilakukan dengan meletakannya di permukaan luka sebelum akhirnya dibalut dengan perban selama dua hari. Belatung kelaparan itu akan memasukan enzim pencernaan ke jaringan luka yang terinfeksi.
Terapi ini pertama kali digunakan tahun 1950-an yang kemudian dikenal luas sebagai antibiotik. Abad 21, terapi ini menjadi antrimikrobial dan penyembuh luka berat.
"Belatung ahli dalam membersihkan daging yang busuk," ujar Sherman. "Budaya kita selalu menghubungkan belatung dengan kematian, kotoran anjing, dan sampah bau."