Bumi kita dikelilingi banyak sampah berupa bangkai-bangkai satelit, pecahan-pecahan roket, dan benda-benda tak berguna lain yang terbuat dari besi maupun plastik. Selama lebih dari 60 tahun, jumlah sampah antariksa ini terus membludak. Badan Antariksa Amerika, NASA bahkan mengatakan, terdapat setengah juta sampah antariksa, 20 ribu di antaranya lebih besar daripada buah apel!
Sebagian sampah antariksa itu meluncur dengan kecepatan sekitar 7 kilometer per detik, atau lebih dari 25 ribu kilometer per jam.
“Dalam kecepatan itu, bahkan logam sekecil buah ceri impaknya akan sangat besar,” kata Kepala Kantor ESA Space Debris, Holger Krag.
Serpihan-serpihan itu bisa bertabrakan dengan satelit-satelit yang masih aktif, merusak atau menghancurkan mereka, dan menghasilkan lebih banyak lagi sampah antariksa.
Karena itulah para ilmuwan dan insinyur European Space Agency (ESA) berencana meluncurkan misi untuk membersihkan sampah antariksa. Mereka menamainya misi e.Deorbit.
Jika semua berjalan sesuai rencana, e.Deorbit akan dimulai pada tahun 2023. Satelit khusus akan diluncurkan dari Bumi dan akan melacak dan menemukan sejumlah besar satelit-satelit mati yang selama ini berada di sekitar planet kita.
Satelit e.Deorbit akan “menempelkan” diri ke sampah-sampah antariksa—entah dengan tangan-tangan robotik atau menembakkan jaring khusus. Kemudian, satelit e.Deorbit akan menggunakan roket pendorong menuju atmosfer Bumi, sehingga mereka terbakar tanpa bahaya di sana. Cara ini dianggap sebagai cara efektif untuk menyingkirkan sampah-sampah tersebut.
Saat ini, misi tersebut belum benar-benar mendapat persetujuan. Para pejabat dari lembaga antariksa Eropa akan bertemu pada bulan Desember tahun ini untuk membahas dan memutuskan akankah e.Deorbit diberi “lampu hijau”.
Jika disetujui, e.Deorbit menjadi misi utama yang akan menjadi pelopor misi-misi pembersihan sampah antariksa selanjutnya.