Kisah Klasik KA Kita

By , Jumat, 12 Agustus 2016 | 20:00 WIB

Awalnya, sungguh tak mudah menjawab pertanyaan ini. Setelah melalui serangkaian studi literatur dan observasi, akhirnya terkuak kisah klasik tentang kereta api pertama di tanah air. Sejarah pernah mencatat satu peristiwa penting seputar pembangunan jalur KA pertama oleh perusahaan KA milik Hindia Belanda Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) pada tahun 1864.

Tiga tahun berselang, tepatnya pada 10 Agustus 1867, jalur sejauh 25 km yang terbentang antara Semarang - Tanggung ini resmi dioperasikan, jadi boleh dikatakan, NIS adalah perusahaan KA pertama yang membangun jalur KA pertama yang membangun jalur KA pertama di kota loenpia. Hal ini diperkuat dengan penjelasan foto koleksi J.A. Messen, yang bertuliskan, "...het eerste station van de Nederlandsche Indische Spoorwegmaatschappij, gebowd 1867"("stasiun pertama Perusahaan KA Hindia Belanda, dibangun 1867").

Dan, mengenai letak stasiun KA pertama di Semarang, sebagian literatur meyakini, stasiun KA pertama berada di lintasan Semarang - Tanggung. Tapi sebagian lain justru menyangsikan, stasiun KA pertama di Indonesia ada di sana, melainkan di Kemijen. Ini diperkuat dengan adanya foto rumah sinyal yang terbuat dari kayu dan tampak rapuh, serta papan bertuliskan "Kemidjen" yang dipajang di Museum Transportasi Taman Mini Indonesia INdah (TMII). Tentu saja, hal ini tak cukup memenuhi keingintahuan tentang stasiun itu.

Maka dimulaikan perburuan literatur secara lebih mendetail untuk mengetahui lebih jauh tentang Kemidjen. Jika mengacu pada peta yang diterbitkan oleh DKA oada tahun 1960, terlihat jelas Stasiun Kemidjen tidak berada di lokasi yang sama dengan Stasiun Semarang NIS.

Istilah Semarang sendiri terkait dengan pengejaan nama Semarang oleh Belanda. Hingga akhir tahun 1930-an, saat istilah Semarang sudah diresmikan, tapi stasiun milik NIS masih bernama Samarang.

MEmang, sisa bangunan asli masih terlihat jelas, tapi nyaris tidak dikenali, sebab sudah terdapat bangunan tambahan pada bagian peron maupun ruangan dalam. Terlebih lagi bangunan yang dulu ketinggiannya sekitar 12 m, saat ini terpendam 2 -3 m karena turunnya permukaan tanah, juga karena penimbunan untuk menghadapi genangan air rob.

Selain posisi lokasi dan bentuk dasar bangunanm adanya beberapa bagian dan ornamen yang khas semakin memperkuat bahwa bangunan tersebut adalah eks bangunan stasiun penumpang. Ornamen tersebut antara lain ventilasi berbentuk lingkaran di ata pintu, juga pintu dengan bagian atas berupa lengkungan, serta tiang besi penyangga atap peron dengan ornamen konsol besi lengkung.

Maski stasiun NIS pertama yang bersejarah kondisinya memperihatinkan, tapi kondisi stasiun NIS kedua Tawang yang lebih muda usianya, masih terpelihara dan ditetapkan sebagai cagar budaya.