Ternyata Badak Jadi Menu Makanan Leluhur Manusia

By , Jumat, 26 Agustus 2016 | 13:00 WIB

Temuan arkeologi terbaru di dekat Azraq, Jordan telah mengungkapkan peralatan batu kuno menunjukkan bagaimana leluhur manusia makan, dengan kuda dan badak sebagai bagian dari menu makanan mereka.

Dalam usia 250.000 tahun, kita melihat bukti makanan leluhur kuno kita jauh dari yang kita perkirakan. Sebelumnya, bukti tertua yang ditemukan terdapat sisa hewani pada peralatan batu berusia 11.500 tahun.

Penemuan ini membawa kita pada pertengah Pleistosen, era dimana DNA tertua manusia diketahui. Dari sekitar 10.000 alat yang telah diekskavasi, 17 ditemukan mengandung sisa protein hewan, termasuk darah dari hewan-hewan tersebut.

Ini kemudian menunjukkan bahwa kita mampu makan apapun yang bisa kita tangkap.

"Untuk pertama kalinya, kami menemukan adanya bukti ekploitasi dari leluhur Jaman Batu atas sejumlah hewan," ujar pakar palaeoanthropologi April Nowell dari University of Victoria di Kanada. "Hominid (manusia awal) di daerah ini telah beradaptasi dan mampu mengambil keuntungan dari wilayah yang luas ini, seperti dari badak hingga bebek, dalam lingkungan yang ekstrem."

Hal yang menjadi pertanyaan kemudian adalah bagaimana manusia kala itu menaklukkan badak dan memasaknya. Hal tersebut tentu saja membutuhkan usaha yang lebih.

Ahli dari University of Victoria bekerja sama dengan sejumlah universitas di Amerika dan Jordan mengumpulkan dan melakukan analisa pada peralatan tersebut.

Para peneliti mengatakan bahwa para hominid yang tinggal di tempat alat-alat tersebut ditemukan, memiliki keahlian yang tak pernah diperkirakan. Tim peneliti mengatakan bahwa teknik yang telah mereka gunakan dapat diaplikasikan pada peralatan yang lebih lama lagi usianya.

"Protein, darah, dan lapisan lemak terdorong masuk ke dalam celah-celah alat," ujar Nowell.

Proses perbandingan residu menunjukkan antibodi hewan mengonfirmasi penemuan itu, yang membantu menjelaskan bagaimana manusia menyebar melintasi Eurasia untuk melakukan pencarian makanan.

Manusia-manusia itu mampu beradaptasi, dapat mencari kesempatan, dan mampu memanfaatkan apa yang ada di wilayah fauna tersebut," tulis penulis dalam Journal of Archaeological Science.