Erupsi Gunung Berapi Sembunyikan Isu Kenaikan Air Laut

By , Senin, 22 Agustus 2016 | 19:00 WIB

Kenaikan permukaan laut akibat dari efek rumah kaca selama dua dekade ini bersembunyi dibalik aktivitas letusan gunung berapi.

Erupsi Gunung Pinatubo di Filipina tahun 1991 mengeluarkan jutaan ton belerang ke stratosfer. Dengan refleksi suhu panas dan dingin laut, penelitian terbaru menunjukkan bahwa erupsi menutupi efek terburuk dari polusi yang dihasilkan oleh industri yang menyebabkan kenaikan permukaan laut sejak dua dekade.

Tahun 1992, NASA dan Jepang meluncurkan satelit untuk melakukan penghitungan tingkat permukaan laut. Dari data yang diberikan satelit menunjukkan akibat pemanasan global yang menyebabkan laut mengalami kenaikan setiap dekadenya.

dasar pemodelan penelitian yang dipublikasian di Scientific Reports menunjukkan masalah kenaikan laut yang disebabkan polusi gas efek rumah kaca terus berakselerasi.

"Pinatubo mengurangi kemunculan dari titik poin peningkatan permukaan laut," ujar John Fasullo, ilmuwan iklim dari National Center for Atmospheric Research dan University of Colorado.

Masuknya air hangat, yang menjadi faktor utama dari kenaikan level laut, dan para peneliti berkesimpulan bahwa kenaikan level laut ini telah terjadi dan meningkat lebih tinggi setiap inci tahun 1992.

Untuk membuktikan bahwa efek dari erupsi gunung berapi yang dahsyat sepanjang sejarah, temuan ini memperingatkan polusi yang menyebabkan perubahan iklim akan terus dan semakin berat.

"Kenaikan ini akan terus terjadi seperti yang kita perkirakan selama konsentrasi gas efek rumah kaca masih terus meningkat," ujar Slagen.

Sejumlah penelitian juga menunjukkan bahwa kenaikan air laut ini juga disebabkan oleh aktivitas industrial.

"Ketika Anda membicarakan tentang kenaikan level air laut, maka akan terhubung ke banyak hal," ujar Prof. Ben Horton dari Rutgers University. "Efek dari Pinatubo cukup panjang."

Penelitian ini membantu mengetahui bagaimana erupsi mampu mengakibatkan akselarasi kenaikan level laut yang biasanya disebabkan oleh pembakaran bahan bakar fosil, penggundulan hutan, dan pertanian selama dua dekade sejak penghitungan yang dilakukan oleh satelit.

"Dekade pertama, satelit mencatat peningkatan yang lebih besar dari dekade kedua," ujar Aimee Slangen, ilmuwan perubahan level laut di Utrecht University.