Sebagian besar bangunan bersejarah di Indonesia menyimpan memoar kejayaan Hindia Belanda. Hanya segelintir yang menyimpan memoar kedigdayaan Jepang. Rumah Kalijati adalah salah satunya.
Kami mengunjungi rumah berhalaman luas—padang rumput dan landasan pacu pesawat—di Kecamatan Kalijati, Kabupaten Subang, Jawa Barat, itu pada suatu pagi yang hangat.
Di salah ruang dalam rumah berpintu banyak tersebut, kami terkesiap melihat memorabilia prasasti, samurai, bendera, dan parade foto. Suasana Perjanjian Kalijati—ketika Belanda menyerah kepada Jepang, 8 Maret 1942—terekam di lukisan di dinding. Detailnya kami saksikan melalui tayangan video yang diperoleh dari Belanda.
Tertunduk lesu, Gubernur Jenderal Tjarda van Starkenborgh Starchouwer dan Panglima Tentara Belanda Letjen Heindrik Ter Poorten menandatangani pernyataan menyerah tanpa syarat, Perjanjian Kalijati di hadapan Komandan Gurita Barat Jenderal Hitoshi Imamura. Sepenggal dialog terekam di selembar kertas di dinding:
Panglima Imamura: “Apakah Tuan menjerah tanpa sjarat?”
Panglima Ter Poorten: “Saja hanja dapat menjampaikan kapitulasi Bandung.”
Inilah efek domino pendaratan AL Jepang di Pantai Eretan, Indramayu, 1 Maret 1942. Dalam waktu singkat, pang-kalan udara Kalijati direbut Jepang. Belanda tersudut, menyingkir ke Kalijati, menghindari bertambah jumlah korban, terutama keluarga Belanda. Terjadilah kapitulasi (penyerahan kekuasaan) dari Belanda kepada Jepang. Berakhirlah penjajahan Belanda.
Kami beralih ke sisi lain rumah yang semula aula dansa. Di bawahnya, terdapat bungker. Dilanda penasaran, kami memasukinya melalui pintu segi empat sempit. Kini, bunker dijadikan gudang.
Segera kami tinggalkan bungker, menuju landasan pacu pesawat, hangar, serta monumen sejarah tentara Jepang di pekarangan rumah ini. Lapangan udara (Lanud) Kalijati berganti menjadi Lanud Suryadarma, pada 7 September 2008. Marsekal TNI Suryadi Suryadarma adalah Bapak AURI pendiri sekolah penerbang pertama di Indonesia di Kalijati.
Dari hangar, kami berjalan menuju areal persawahan untuk menikmati istirahat makan siang. Semilir angin sejuk segar berembus. Sesegar alam merdeka yang terwujud tiga tahun pasca Perjanjian Kalijati, dan kita rasakan hingga kini.