Memoar Pahit Sang Kolonialis di Kalijati

By , Rabu, 17 Agustus 2016 | 10:00 WIB

Sebagian besar bangunan bersejarah di Indo­nesia menyimpan memoar kejayaan Hindia Belanda. Hanya segelintir yang menyimpan memoar kedigdayaan Je­pang. Rumah Kalijati adalah sa­lah satunya.

Kami mengun­jungi­ rumah berhalaman luas—pad­ang rumput dan landasan pacu pesawat—di Kecamatan Ka­li­jati, Kabupaten Subang, Jawa Barat, itu pada  suatu pagi yang hangat.

Di salah ruang dalam rumah berpintu banyak tersebut, kami terkesiap melihat memorabilia prasasti, samurai, ben­dera, dan parade foto. Suasana Perjanjian Kalijati—ketika Belanda me­nyerah kepada Jepang, 8 Maret 1942—te­rekam di lukisan di dinding. Detailnya kami saksikan melalui tayangan video yang diperoleh dari Belanda.

Tertunduk lesu, Gubernur Jenderal Tjarda van Starkenborgh Starchouwer dan Panglima Tentara Belanda Letjen Heindrik Ter Poorten menandatangani per­nya­­taan me­nyerah tanpa syarat, Per­janjian Kalijati di hadapan Komandan Guri­ta Barat Jenderal Hitoshi Imamura. Se­peng­gal di­alog terekam di selembar kertas di din­ding:

Panglima Imamura: “Apakah Tuan men­jerah tanpa sjarat?”

Panglima Ter Poorten: “Saja hanja dapat men­jampaikan kapitulasi Bandung.”

Inilah efek domino pendaratan AL Jepang di Pantai Eretan, Indra­ma­yu, 1 Maret 1942. Dalam waktu sing­kat, pang-kalan udara Kalijati di­re­but Jepang. Belanda tersudut, menyingkir ke Kali­jati, menghindari ­bertambah jumlah korban, terutama keluarga Belanda. Terjadilah kapi­tu­lasi (penyerahan kekuasaan) dari Belanda ke­pa­da Jepang. Berakhirlah pen­jajahan Belanda.

Memoar Kalijati dalam bingai imaji. (Ade Purnama)

Ka­mi beralih ke sisi lain rumah yang se­mula aula dansa. Di bawahnya, terdapat bungker. Dilanda penasaran, kami memasukinya melalui pintu segi empat sempit. Ki­ni,  bunker dijadikan gudang.

Segera kami tinggalkan bungker, menuju landasan pacu pesawat, hangar, serta monumen sejarah tentara Je­pang di pekarangan rumah ini. Lapangan udara (Lanud) Kalijati berganti menjadi Lanud Suryadarma, pada 7 September 2008. Marsekal TNI Suryadi Suryadarma adalah Bapak AURI pendiri sekolah  penerbang pertama di Indonesia di Kalijati.

Dari hangar, kami berjalan menuju areal persawahan untuk menikmati istirahat makan siang. Semilir angin sejuk segar berembus. Sesegar alam merdeka yang terwujud tiga tahun pasca Perjanjian Kalijati, dan kita rasakan hingga kini.