Inilah Fosil Leluhur Pesut

By , Senin, 22 Agustus 2016 | 14:00 WIB

Spesies pesut yang tidak diketahui sebelumnya, salah satu spesies yang telah punah jutaan tahun yang lalu, telah diidentifikasi menggunakan fragmen fosil rahang yang berada dalam koleksi Smithsonian National Museum of Natural History lebih dari setengah abad.

Fosil yang merupakan bagian dari tulang itu memiliki panjang sembilan inci, ditemukan 1951 di tenggara Alaska oleh Donald J. Miller, seorang geologis dari United States Geological Survey. Ada 40 spesimen yang menjadi koleksi Smithsonian, hingga Nicholas Pyenson, kurator museum fosil mamalia laut dan Alexndra Boersma, peneliti di labnya, fokus pada ketertarikan mereka terhadap apa yang Boersma sebut "tulang kecil yang cantik dari Alaska."

Dengan membandingkan tulang dari pesut hidup dan mati, Pyenson dan Boersma menemukan spesies tersebut memiliki gen baru dan spesies yang mereka katakan berhubungan dengan lumba-lumba sungai Asia Selatan. Mereka percaya Arktocara berenang di laut sub-Arktik setidaknya 25 juta tahun yang lalu.

Fosil Akrtocara yakataga (kiri) koleksi Smithsonian. (James DiLoreto/Smithsonian Institution)

Pesut Asia Selatan, Platanista gangetica, terdiri atas dua sub-spesies yang kebanyakan ditemukan di sungai Indus dan Gangga. Mereka bukan satu-satunya spesies yang hidup terpisah di sungai. Lain diantaranya adalah pesut Amazon, pesut La Plata, dan Baiji atau pesut Yangtze yang diungkap kepunahannya pada 2006.

Pesut Asia Selatan mengingatkan pada kelompok lumba-lumba yang diketahui bernama Platanistoidea, yang memiliki hubungan dengan pesut Cina. Mereka menghadapi ancaman dari manusia, seperti pemancingan ikan dengan jaring, polusi, dan kerusakan habitat. Saat ini, jumlahnya hanya mencapai beberapa ribu saja.

"Bagaimana tepatnya keragaman dan penyebaran kelompok yang mendunia turun menjadi satu spesies di Asia Selatan dan masih menjadi misteri, namun setiap potongan yang ada kami masukan dalam cerita untuk membantu," ujar Boersma.

Berdasarkan usia bebatuan yang ada di lokasi penemuan, ilmuwan memperkirakan fosil Arktocara datang dari akhir masa Oligocene.

"Ini menjadi awal mula garis keturunan yang membawa kita untuk melihat lumba-lumba yang ada saat ini," tambah Boersma. "Untuk mengetahui lebih dari fosil ini, kita harus tahu lebih perbedaan yang terjadi."